Kolokium Pendidikan : Pendidikan di NTB Memperihatinkan - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Sabtu, 30 Januari 2016

Kolokium Pendidikan : Pendidikan di NTB Memperihatinkan





Mataram, Pena Kampus – Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) provinsi NTB, indeks pembangunan manusia  (IPM)  NTB masih di nomur urut ketiga terbawah seluruh indonesia. Dari tiga variabel penilaian IPM, untuk pendidikan, dan kesehatan  masing-masing berada pada urutan 32  dan 33 dari 33 daerah. Sedangkan dari pertumbuhan ekonomi, NTB terbilang cukup tinggi, yakni berada di posisi sembilan dari 33 daerah. namun hal itu belum  membantu NTB untuk menaikkan tingkat IPM dalam skala nasional.

Rendahnya angka-angka tersebut disebabkan oleh penyebaran pendidikan dan kesehatan tidak merata dan menyeluruh. Selama ini, peningkatan angka pendidikan dan kesehatan  di NTB selalu dipusatkan di daerah perkotaan saja, sedangkan untuk daerah pinggiran dan terpelosok jarang sekali tersentuh. Selain itu, adanya diskriminasi juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kemajuan pendidikan. Munculnya sekolah–sekolah unggulan meberikan tekanan dan intervensi yang luar biasa terhadap sekolah-sekolah non-unggulan. Tingginya standar yang diterapkan oleh sekolah unggulan, menjadikan sekolah non-unggulan mengalami kesusahan. Hal itu kemudian menjadi faktor  yang menyebabkan kecurangan dalam pendidikan marak terjadi. Karena pada saat ini pendidikan kita hanya bertumpu pada angka dan nilai riil yang kita dapatkan sehingga terjadi diskriminasi angka dan nilai sehingga dengan berbagai macam cara dalam meraih angka dan nilai dilakukan dengan cerdik.

Hal itu terungkap dalam kolokium yang dilaksanakan oleh program studi Pendidikan Kimia FKIP Unram pada hari Sabtu, 30/1 bertempat di aula gedung A FKIP. Menurut Kaprodi Pendidikan Kimia, I Nyoman Loka, kolokium ini bertujuan untuk mengenalkan masalah-masalah yang dihadapi pemerintah dalam rangka memajukan pendidikan di NTB kepada jajaran dosen dan mahasiswa, sekaligus memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Ketua Dikpora Provinsi NTB, Rosyadi sedang menyampaikan materi

Masih Rendah 

Dikpora NTB sendiri, telah melakukan tes IQ terhadap 1.000 orang siswa SMA. Siswa tersebut merupakan siswa yang mendapat rangking satu sampai tiga di masing-masing sekolahnya. Hasilnya, Dikpora mengaku mendapat beberapa bibit-bibit unggul, yaitu siswa yang memiliki IQ antara 120-130. 



“Dari 1.000 orang yang kami tes, ada beberapa yang memiliki potensi, hanya saja tidak banyak, kurang dari 50 orang, sekitar 19 orang. Mereka itu punya IQ lebih dari 125,” ungkap Ketua Dikpora provinsi NTB, Rosyadi. Mantan dosen fakultas pertanian itu menambahkan, bahwa hasil IQ ini dipengaruhi oleh potensi alam masyarakat NTB.

Berdasarkan hasil tes IQ yang dilakukan oleh Dikpora NTB tersebut, disimpulkan bahwa semangat untuk bersaing, bekerja keras dan belajar anak-anak di daerah NTB masih sangat rendah. Oleh karena Rosyadi mengatakan perlu adanya MoU antara pemerintah dengan pihak LPTK untuk bisa meningkatkan semangat tersebut.

Guru dianggap kontributor utama dalam rangka memajukan kualitas pendidikan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Nantinya, diharapkan peningkatan kualitas pendidikan ini akan mampu meningkatkan presentase Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khususnya di daerah NTB. Rosiady Sayuti menambahkan bahwa perlu adanya anggaran yang diajukan untuk peningkatan mutu pendidikan NTB. Peningkatan mutu pendidikan ini sendiri bisa dilakukan melalui peningkatan kualitas guru, karena guru dianggap sebagai ujung tombak dari pendidikan.

“Guru yang baik dan berkualitas, maka akan mampu melahirkan siswa yang baik dan berkualitas pula, oleh karena itu, guru sebagai kontributor utama dalam pendidikan perlu ditingkatkan mutu dan kualitasnya melalui pelatihan dan penelitian,” ujarnya.

Mulai Meningkat

Pada tahun 2015, variabel penilaian pendidikan untuk menentukan tingkat IPM mengalami perubahan. Buta aksara yang semulanya digunakan sebagai penilaian, diganti menjadi angka harapan lama waktu bersekolah. Penilaian ini dipatok dari usia 15-Lansia. Perubahan variabel ini menyebabkan tingkat IPM NTB mulai meningkat, karena angka partisipasi untuk bersekolah di NTB lebih baik dari 21 daerah lainnya. Hal ini tidak lain karena adanya program ADONO (Angka Drop Out Nol) yang dicanangkan oleh Gubernur NTB. Program ini mampu menekan angka Drop Out di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dari 5% menjadi 0,3%. Sedangkan untuk tingkatan Sekolah Menengah Atas mencapai persentase 1,6%.

Selain program ADONO dari Gubernur tersebut, untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di NTB juga perlu adanya pemerataan. Penghapusan status unggulan dan non-unggulan oleh pemerintah terhadap sekolah-sekolah di perkotaan adalah satu langkah usaha untuk menyetarakan standar dari tiap-tiap sekolah, sehingga tidak ada lagi sekolah yang terkesan dianaktirikan. Kemudian perlu adanya bantuan beasiswa yang tepat sasaran  diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan agar mampu mengenyam pendidikan. 

Selain itu, pengabdian terhadap masyarakat oleh pihak perguruan tinggi juga bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi buta aksara. Dengan begitu, angka pendidikan di NTB akan bisa meningkat sehingga tingkat IPM pun bisa naik. (wwq,ska,sm,mad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar