Kegiatan sosialisasi pencegahan stunting melalui pola asuh ibu dan anak ini merupakan salah satu program kerja kemasyarakatan mahasiswa KKN PMD Unram. Acara ini juga didampingi langsung oleh Kepala Seksi (KASI) Pelayanan Desa Rempek yaitu Bapak Sahidin sebagai wujud nyata peran serta dukungan penuh pihak Desa Rempek. Selain itu, kesuksesan acara sosialisasi ini juga dapat dilihat dari antusias warga lokal yang datang pada saat acara berlangsung untuk mendengar materi seputar pencegahan stunting.
Mahasiswa KKN PMD Unram mengundang narasumber ahli gizi, Saraswati, S.Tr. Gz., yang dalam penyampaiannya mencakup empat hal yaitu, pengertian stunting, dampak stunting, langkah-langkah pencegahan stunting, dan pentingnya MPASI untuk anak. Berikut ini uraian materi yang disampaikan narasumber saat acara berlangsung.
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sejak masa kehamilan hingga anak berusia 24 bulan. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan di bawah standar yang sesuai dengan usianya.
2. Dampak Stunting
Dalam paparannya, Ibu Saraswati, S.Tr. Gz menjelaskan bahwa stunting dapat terjadi karena berbagai faktor, di antaranya:
- Ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia.
- Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
- Tidak dilakukannya inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
- Pola asuh yang kurang tepat, pemberian makanan yang tidak sesuai rekomendasi, serta penyakit berulang.
Stunting memiliki dampak jangka pendek, seperti terganggunya perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak. Sementara itu, dampak jangka panjang mencakup risiko obesitas, gangguan kesehatan reproduksi, hingga produktivitas kerja yang menurun.
3. Upaya Pencegahan Stunting
- Sosialisasi ini juga menyoroti langkah-langkah pencegahan stunting yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, termasuk:
- Pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal enam kali dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
- Pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.
- Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sesuai usia, variasi, tekstur, dan jumlah.
- Melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia dua tahun.
- Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemberian MPASI
Selain itu, sosialisasi menekankan pentingnya memperhatikan tujuh faktor utama dalam pemberian MPASI, yaitu: usia, frekuensi, variasi, tekstur, jumlah, pemberian aktif responsif, dan kebersihan.
Berdasarkan data dari Desa Rempek pada Agustus 2024, angka stunting di setiap dusun memiliki jumlah persentase sebesar: Dasan Banjur: 4 anak (13,33%), Dasan Dangar: 6 anak (25,00%), Duria: 6 anak (12,00%), Gelumpang Sanyar: 10 anak (27,03%), Lempeng: 10 anak (14,93%), Montong Pall: 5 anak (15,15%), Sambik Pondokan: 5 anak (26,32%), Sejuk: 8 anak (18,18%), Soloh Atas: 3 anak (5,45%), Soloh Bawah: 6 anak (15,22%), Telaga Maluku: 6 anak (15,00%).
Secara keseluruhan, Desa Rempek memiliki 64 anak stunting dengan persentase total 14,71%. Data ini menunjukkan pentingnya intervensi pola asuh dan pemberian gizi yang lebih optimal untuk menurunkan angka stunting di desa ini. Dari data tersebut jumlah peserta yang hadir berjumlah 42 balita.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi yang tepat kepada para ibu di Desa Rempek, sehingga mampu mengoptimalkan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak mereka. Dengan pola asuh dan asupan gizi yang memadai, risiko stunting dapat diminimalkan secara signifikan. (Tim Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar