Berlayar meniti panah
dambaan para insan
Menjemput kasih rahasia Ilahi
Biarkan tangan mendayung
pada titian
Meski embargo silih
berganti
Terkadang tangan memilih
kaku
Mata memilih buta
Bibir memilih bisu
Kaki memilih murka
Dan hati memilih dusta
Namun itu hanya embargo gapai
panah impian
Bangga jika semua terbalik
Setelah lama melewati
gubuk kematian
Akhirnya aku rangkul
embargomu
Dalam skeptis yang
menggunung
Mata berembun seketika
Lalu aku rajut mahkota
idaman
Dan tetap pada rajutan
dasar
Tak hitung meski bajak
laut mengupas rasa
Karena hati sehalus pualam
yang tak mengenal samar
Dengungpun tidak
Terus bergelut pada panah
titian
Meski linangan jemari menanti untuk menyapa
Namun bisikkan batin
torehkan skeptis
Untuk bersama dalam rajutannya
Atau justru menyamarkan
rajutan panah idaman?
Tinggal pilihan
(29/10)
Oleh: Reli Fitriani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar