Kondisi Perpustakaan |
“Mahasiswa FKIP tak mengenal
perpustakaan karena
tidak ada buku yang menarik untuk dibaca .”
FKIP PENA KAMPUS- Bersembunyi dibalik batu. Begitulah
perumpamaan tepat untuk perpustakaan FKIP, terletak di gedung D lantai dua yang
diapit oleh dua ruas ruangan sebelah kiri dan kanannya. Siapa sangka bahwa
disana terdapat perpustakaan yang kondisinya kurang mencerminkan sebuah
perpustakaan. Buku dari zaman 1950’an masih lumrah dipakai sebagai sarana pengetahuan mahasiswa modern.
Inilah
salah satu faktor yang menyebabkan mengapa tidak adanya minat baca dikalangan
mahasiswa. Dalam artian layaknya seorang mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan
untuk menggali ilmu, bahkan mahasiswa
FKIP tak kenal
perpustakaannya sendiri karena
tata letak yang kurang terbuka dan
tidak ada buku
yang menarik untuk dibaca
dan dipinjam.
Tata letak memang cukup
mempengaruhi derajad stretegis dan kemenarikan sebuah ruangan untuk di kunjungi.
Tata ruang yang cukup sederhana menampung hanya beberapa meja, dan berdasarkan info dari penjaga perpustakaan, Supardi,
bahwa akan di perlebar ke arah selatan. Jadi ruangan yang sebelumnya mengapit
perpustakaan ini akan dibongkar dan dijadikan satu ruang. Artinya perpustakaan
akan diperlebar, namun ironisnya isu ini telah disinggung enam bulan lalu oleh
Pembantu Dekan II.
Lalu apakah kebijakan itu
hanya sampai pada wacana saja tanpa ada implementasi yang kilat untuk
merealisasikannya? Inilah yang menjadi tanda tanya besar bagi kita semua dan
bukan kebijakan perpustakaan saja melainkan pembangunan gedung E yang belum
rampung hingga hari ini kami rasa perlu kita perhatikan seksama.
Ketua BEM FKIP Unram
mengemukakan bahwa kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa tentang adanya
perpustakaanlah yang menyebabkan perpustakaan kurang ‘terlihat’. Terlebih kurangnya
ketersediaan sarana yang kurang mendukung.
“Selama
saya bekerja memang belum pernah ada pembaharuan buku, hanya pengelolaan buku
yang sudah ada saja,” kata Supardi (15/6). Menurut penjelasannya,
perpustakaan FKIP ini langsung berada
dibawah kendali Bagian Akademik dan Pembantu
Dekan I. Segala kebutuhan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk pengembangan perpustakaan langsung dibawah kendalinya.
Ketika ditanya mengenai dana yang dikucurkan fakultas untuk perpustakaan ini,
petugas langsung berdalih hal ini bukan menjadi wewenangnya. “Kalau masalah dana mungkin
bisa ditanyakan langsung ke pak Putu Mudita sebagai atasan saya menjaga
perpustakaan ini,”
jelas
petugas yang baru bekerja satu tahun di perpustakaan FKIP ini. Namun ketika hendak bertemu dengan pak Putu beliau
juga tidak ada ditempat dengan alasan sedang melaksanakan kegiatan PLPG.
Pelayanan perpustakaan juga
sering dikeluhkan mahasiswa dengan tidak tepatnya jam buka tutupnya perpustakaan. “Kemarin saya ke perpustakaan
jam 12.30 Wita tapi sudah tutup,” kata salah satu mahasiswa jurusan Matematika ’10 yang
hendak meminjam buku. Ungkapan yang berbeda pula dari
Supardi, “Jam kerja perpustakaan dari
jam 07.30
- 13.30 Wita, malahan biasanya jam 07.00 kita sudah
buka”.
Jika kondisi
perpustakaan yang seperti ini terus
diabaikan, bukan tanpa alasan jika
mahasiswa semakin tidak ‘selera’ berkunjung ke perpustakan, yang sejatinya
adalah gudang ilmu para pelajar.
Jam kerja perpustakaan yang hanya pagi sampai siang pun juga merupakan ketidakadilan
bagi para
mahasiswa FKIP reguler
sore. Hendaknya pihak yang bertanggung
jawab segera memperbaiki sarana perpustakaan yang ada, agar
perpustakaan benar-benar menjadi perpustakaan yang layak.
Sekali lagi, PLPG
selalu menghambat kepentingan mahasiswa, beberapa bulan yang lalu Devisi
Litbang Pena Kampus sempat menyinggung Pembangtu Dekan III atas perangkapan
jabatannya sebagai Pembantu Dekan III sekaligus sebagai ketua Sertifikasi Guru
Wilayah NTB.
Keterbatasan informasi
yang dapat kami gali mengenai perpustakaan FKIP disebabkan oleh staf ahli yang
tidak sedang ada ditempat alias ikut serta sebagai penitia PLPG.
Hal ini sungguh kami
sayangkan sekali, dimana ketika massa membutuhkan transparansi
kebijakan-kebijakan kampus tak dapat kami sampaikan lantaran tak ada sumber
yang jelas.
(Ulfa, Mamet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar