Mandi pengantin adalah prosesi adat pertama yang dilaksanakan
setelah digelarnya akad nikah. Ritual ini biasanya dilaksanakan satu malam sebelum
acara resepsi (begawe) dan kemudian dilaksanakan
lagi pada siang hari
setelah selesai resepsi.
Mandi pengantin
dipimpin oleh pemangku adat yang dinamakan amang
pengantin
atau inang
pengantin yang telah dipercaya oleh masyarakat.
Amang pengantin berarti bapak
pengantin sementara inang pengantin
berarti ibu pengantin.
Ritual mandi pengantin adalah salah satu ritual adat
yang harus dilewati kedua mempelai untuk sah menjadi suami istri secara adat.
Untuk itulah ritual ini dilakukan setelah akad nikah. Setelah akad nikah maka
mempelai sah menjadi suami istri secara agama namun belum sah secar adat sasak.
Masih banyak ritual dan tahapan prosesi adat yang harus ditempuh salah satunya
adalah mandi pengantin ini. Mandi pengantin ini wajib bagi setiap pengantin
baru,” terang Zainal Asikin salah satu tokoh adat pengadangan dan mantan kepala desa setempat.
Banyak tahpan dalam ritual mandi pengantin ala desa Pengadangan. Zainil asikin
menjelaskan, pertama-tama kedua mempelai di
odak langer, yaitu pengantin diluluri
dan dikeramas. Lulur ini
biasanya terbuat dari tepung beras
dicampur kunyit yang telah dihaluskan. Sedangkan untuk
keramas digunakan air parutan kelapa--istilah sasaknya, bekejames.
Selanjutnya setelah ritual odak langer lalu dilakukan pemotongan beberapa helai rambut kedua mempelai dan
diletakkan pada sebuah wadah yang telah berisi kembang rampai--kembang tujuh rupa. (untuk apa?)
Setelah itu proses
pengorekan lidah kedua mempelai, pemotongan kuku ibu jari tangan dan kaki. Seusai semua itu baru kedua
mempelai di mandikan oleh amang atau inang pengantin yang telah dipercaya. Mandi disini hanya sebatas pembasuhan badan dengan air
beberapa canting saja yang telah ditaburkan kembang tujuh rupa.
Mantan kepala desa Pengadangan ini menambahkan, maksud dari pemotongan rambut kedua
mempelai agar kedua mempelai dalam mengarungi rumah tangga dapat berfikir secara jernih.
Sedangkan
pengorekan lidah dimaksudkan agar dalam mengarungi bahtera rumah tanggga
hendaknya kedua mempelai menggunakan bahasa yang baik (etis).
Lalu pemotongan kuku ibu jari dan kaki melambangkan
kehidupan ini di mulai dari perbuatan tangan dan kaki, diharapkan tangan dan
kaki ini selalu berbuat kebaikan yang di
ridhoi sang pencipta dan tidak keluar dari norma-norma keagamaan.
“Tidak ada doa khusus yang digunakan, tergantung dari
pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh inang atau amang pengantin.”
Ia berharap generasi muda mau mempelajari prosesi
mandi pengantin. Agar tradisi yang sudah berakar di Desa Pengadangan ini tidak
punah dan tetap terjaga oleh generasi mudanya. (Wahyudi,Puspa,Fiki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar