Tarekat wetutelu seringkali disalah artikan oleh masyarakat sebagai sebuah ajaran yang menyimpang dari ajaran agama yang sesungguhnya. Hal
ini di karenakan ajaran tarekat dan wetutelu mengandung unsur percampuran antara adat dan
agama yang di sebut adatgama.
Ada beberapa tempat
di Lombok yang menganut ajaran tarekat dan wetutelu.
Salah satunya seperti
yang ada di Desa Pengadangan ,
Kecamatan Pringgasela ,
Lombok Timur. Bapak Zainul Arzikin,
salah seorang tokoh adat setempat mengatakan bahwa sebenarnya ajaran tarekat ini sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum desapengadangan terbentuk.
Hanya saja, ajaran ini dulunya di laksanakan oleh orang – orang tertentu saja. Namun mulai sejak tahun 1960-an masyarakat pengadangan mulai mempraktikan ajaran
ini secara nyata.
Ajaran ini
dulunya sempat redup dikarenakan adanya penjajah yang melarang masyarakat untuk
melaksanakan ajaran tersebut sehingga ajaran tarekat dan wetutelu di desa pengadangan sempat mengalami kemunduran
dalam perkembangnannya. Itu sebabnya, ajaran ini akhirnya
diselipkan kedalam adat budaya yang ada saat itu dengan tujuan agar ajaran ini dapat terjaga dan terselamatkan.
Orang yang membawa ajaran ini bernama Muhammad Nur. Seorang ulama
yang berasal dari Sikur. Tentu saja pada awalnya, penyebaran tarekat ini melalui proses
yang tidak sebentar.
Awalnya, pengembangan Islam
di desa Pengadangan kurang berkembang
dibandingkan dengan
di desa lain. Sampai pada saat datangnya dua orang ulama
dari desa Jerowaru dan pancor yang mencoba untuk merubah kondisi ini.
Akan tetapi, usaha ini menemui kegagalan. Sampai
pada akhirnya mereka mendapat petunjuk untuk menggunakan pusakanya berupa tarekat
(ilmubathin) agar Islam di Pengadangan
maju dan berkembang pesat.
Hal ini kemudian terbukti berhasil dengan
berdirinya masjid sebanyak 24 buah.
Sampai pada saat ini yang dulunya hanya ada satu buah masjid saja. Mengenai ajaran tarekat ini, diakui banyak
terjadi kesalahpahaman dari masyarakat luas tentang tarekat ini. “Tarekat bersal dari Bahasa Arab Thoriq yang berarti
jalan. Secara harfiah tarekat berarti jalan
pendekatan kepada sang khalik melalui kegiatan kebathinan. Adapun kegiatan kebathinan yang di
maksud seperti zikir dan bertafakkur
kepada Allah,” ungkap Azikin.
Perbedaan Tarekat dan Wetutelu di desa
Pengadangan ini dengan Tarekat dan Wetutelu di tempat
lain adalah ditempat lain titik beratnya
di kejujuran dan kelasan sedangkan
tarekat di Desa Pengadangan ini lebih mengutamakan pada upaya untuk menguatkan syariat
setiap penganutnya. Prinsip tarekat di Desa Pengadangan ini adalah bagaimana setiap
penganutnya memperkuat syariat baik yang
wajib dan sunat agar setiap penganutnya memiliki kualitas ibadah yang baik.
Karena telah
masuknya unsur adat dan budaya kedalam tarekat ini , maka terbentuklah sebuah simbolisasi
unsur agama- budaya kedalam tarekat ini, yang bernama Gamelan (Gendang Beleq). Gamelan adalah bahasa sasak yang berarti pegangan besar. Bagian Gamelan beleq ini terdiri dari alat
musik seperti gong , gendang , petuk , rencik , dan kelenang.
Kelimanya itu melambangkan
lima
Rukun Islam dan lima waktu sholat.
Namun pelambangan agama dengan alat musik dianggap oleh masyarakat luas sebagai hal
yang tabu dan merupakan bid’ah agama. Namun menurut narasumber, hal ini sah-sah saja karena gamelan juga di gunakan oleh para wali
di jawa dalam menyebarkan
agama Islam. (Riki,
Nunu, Wahyu, Andi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar