Lokakarya: Peserta Lokakarya Berebut untuk Mengaspirasikan Hak Pendapatnya Mengenai Pembagian Uang IOMA |
Rabu,
(10/10) akhirnya terlaksana Lokakarya yang telah tertunda dua kali. Acara wajib
ini tetap berjalan walau hanya dihadiri oleh PD II yang mewaliki PD III karena sakit.
Acara dibuka oleh sekretaris BEM dan disahkan oleh PD II. Dalam sambutan yang
disampaikan, beliau menyarankan agar pembagian ini diratakan agar tidak terjadi
gesekan-gesekan sosial antar mahasiswa.
Saat peserta Lokakarya menyimak laporan
keuangan IOMA dari BPK terdapat banya kesalahan pengeketikan. Banyak kerancuan
sehingga para peserta banyak mempertanyakan perihal hal ini kepada BEM.
Pertanyaan dimulai dari peserta perwakilan
UKMF Musik tentang jumlah dana akhir pembayaran IOMA. Jumlah dana total yang
tercatat untuk tahun 2012 ini adalah Rp.71.853.000.-. dana inilah nantinya yang
akan dibagi kepada 10 HMPS dan 6 UKMF.
Pembicaraan dimulai dengan usulan dari
BPK membagi dana seluruhnya menjadi 16 bagian. Usulan ini langsung ditolak oleh
salah satu perwakilan UKM karena dianggap BEM telah melangkahi
kapasitasnya sebagai fasilitator sehingga usulan itu segera dihapus oleh
BEM.
Pembicaraan mengenai standar indikator
jumlah dana yang dibagikan juga tak kalah alotnya dari pembicaraan yang awal. Ketua
HMPS Bastrindo, M.Zahid, mengawalinya dengan usulan konkret harus adanya
indikator yang jelas agar proses ini terarah serta indikator yang merujuk
pada asas IOMA itu sendiri, yakni IOMA dari dan untuk mahasiswa.
Salah satu UKMF mempertanyakan tentang
dana DPP-SPP yang isunya dana tersebut bisa digunakan oleh HMPS sehingga dana IOMA
tidak boleh di samaratakan antara UKMF dan HMPS. PD II membahas masalah dana
DPP-SPP. Beliau memaparkan bahwa dana DPP-SPP dibagikan hanya untuk keperluan
BEM dan DPM tidak untuk UKMF dan HMPS hal tersebut berlaku untuk semua fakultas
di Unram, dan untuk nominal yang diterima oleh BEM dan DPM tergantung pemasukan
karena setiap tahun nominal yang diterima tidak sama, dan untuk kebutuhan Ormawa
diambil dari dana IOMA.
PD II berpendapat, “bagaimana kalau uang
IOMA dibagi rata untuk HMPS dan UKMF? dan proposal sebaiknya disesuaikan dengan
dana yang ada, fakultas akan memberikan bantuan yang bersifat relatif dana
tersebut berasal dari dosen yang mengadakan penelitian,” jelasnya.
Salah satu perwakilan UKMF Mapala
menuturkan bahwa tahun kemarin Kasubbag Kemahasiswaan menjelaskan adanya
perbedaan dana yang diperoleh UKMF dan HMPS. HMPS Statement mengatakan bahwa
dana IOMA sebaikanya di sama ratakan antara UKMF dan HMPS untuk
mendapatkan asas keadilan.
Ketua BPK kembali angkat suara dia
menuturkan karena dana IOMA yang terbatas untuk mencari dana diluar IOMA
dituntuk agar masing-masing Ormawa menggunakan kreatifitasnya masing-masing.
PD II mulai terlihat bingung dengan
kondisi tersebut karena belum juga menemukan titik temu, dan karena posisinya
yang hanya menengahi bukan untuk menentukan. Terdapat beberapa opsi yang telah
diajukan oleh UKMF dan HMPS. Opsi pertama dari HMPS PKn masing-masing
UKMF memperoleh dana 6 juta, untuk 3 HMPS (PGSD, Matematika, PKn) memperoleh
dana 4,2 juta, sedangkan untuk HMPS yang bernaung sendiri memperoleh dana
3 juta.
Opsi berikutnya dari Ema, anggota HMPS
PGSD; UKMF memperoleh dana 6 juta, PGSD 4,5 juta, PKN 3,5 juta dan untuk HMPS
yang lain memperoleh 3 juta dengan alasan bahwa PGSD, PGSD Reguler Sore dan
PGPAUD bernaung dalam satu HMPS yang sama sehingga dana yang diterima oleh PGSD
harus berbeda dengan HMPS yang lain.
Akhirnya terpilih dua opsi yang telah
disepakati dan disahkan oleh PD II. Opsi pertama menawarkan pembagian senilai
Rp.5.309.000 untuk masing-masing UKMF dan HMPS mendapat Rp.4.000.000,- rata
untuk semua HMPS dengan sisa dana Rp.1000,-.
Sementara opsi kedua menawarkan
pembagian senilai Rp.6.000.000 untuk UKMF dan HMPS PGPAUD PGSD yang
bergabung diberi jatah Rp.4.500.000,- sedangkan HMPS PKN dan
Matematika Rp.4.000.000 serta HMPS lain mendapat suntikan dana
masing-masing Rp.3.000.000,- dan sisanya sejumlah Rp.3.355.000 sisa tersebut
akan dialokasikan untuk kebutuhan yang tidak terduga.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya PD
II diminta untuk menentukan pilihan pada kedua opsi tersebut. Pilihan PD II pun
akhirnya jatuh pada opsi kedua yang dianggap paling hangat diperbincangkan oleh
peserta diskusi. Dan akhirnuya opsi nomor dua disetujui oleh semua pihak.
Ketua BEM, Dani Alfatwari, setelah
Lokakarya menuturkan, “acara ini sangat bersejarah terutama bagi saya pribadi,
meskipun sempat terjadi hal-hal yang diluar dugaan panitia seharusnya mahasiswa
berfikir jernih, saya atas nama BEM yang sebagi fasilitator mohon maaf jika
terdapat hal-hal yang kurang berkenan ketika acara berlangsung. Harapan saya
agar lokakarya berikutnya tidak terjadi hal-hal yang seperti ini lagi, saya
sangat menyayangkan peristiwa tadi karena tidak mencerminkan jati diri
mahasiswa yang intelek, semoga hal ini dapat dijadikan pembelajaran bagi kita
semua.” (Suci/Ulfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar