Peringatan
hari guru ke-67 suskes dihelat mahasiswa program studi Bahasa Sastra Indonesia dan
Daerah pada hari Senin (26/11), walaupun kondisi kampus kurang kondusif.
Peringatan hari guru tersebut menyajikan rangkaian
acara mulai dari teatrikal, pembacaan puisi hingga bagi-bagi bunga. Acara yang
mengusung tema Wujudkan Generasi Guru yang Bertanggung Jawab Bukan yang Berkewajiban
ini disutradarai langsung oleh Laila Fajri mahasiswa Bastrindo semester
tujuh.
Ia mengungkapkan bahwa dengan moment peringatan hari
guru ini diharapkan guru zaman sekarang tidak hanya menggugurkan kewajibannya
sebagai guru, namun harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap anak didiknya.
Saat dijumpai di tempat latihan (25/11) kemarin, ia
menegaskan bahwa acara ini bertujuan utama untuk menggugat atau mencari adakah
guru yang idealis di zaman sekarang ini, dan untuk mahasiswa sendiri ini
sebagai step awal untuk menjadi guru yang ideal, serta bagi dosen diharapkan
untuk memperbaiki kinerjanya.
Acara ini menghadirkan pro dan kontra di kalangan
mahasiswa, karena waktu yang kurang tepat saat acara berlangsung. Kondisi
kampus yang sedang dalam renovasi besar-besaran mengaburkan antusias mahasiswa
untuk menyaksikan acara ini.
Suara drum yang dibunyikan untuk menandakan acara
teatrikal akan segera dimulai seolah-olah seirama dengan bunyi kegaduhan
pekerja renovasi kampus. Sehingga beberapa mahasiswa kontra dengan acara ini,
W.D mahasiswa semester sembilan berpendapat “Menurut saya pementasannya sia-sia
karena tidak ada gunanya berteriak-teriak dalam kondisi ramai seperti ini,
siapa yang mau dengar?!”
Hal senada juga disampaikan Ricky mahasiswa Bahasa
Inggris semester lima “Dari segi penampilan sih bagus hanya sayang terkendala
kondisi yang tidak kondusif, tapi harapan saya semoga dengan hari guru ini kualitas
pendidikan lebih baik, dengan begitu kualitas mahasiswa bisa lebih baik lagi.”
Komentar yang sedikit berbeda dilontarkan M. Zahid
ketua HMPS Bastrindo “Alhamdulillah saya cukup bahagia karena acara kami
berjalan lancar, dan tanggapan teman-teman beserta para dosen cukup baik.”
Di balik pro kontra dari mahasiswa, dosen memiliki
penilaiannya sendiri terhadap acara tersebut. Pak Syaiful Musadat yang baru
saja tiba di kampus, dan langsung mendapat banyak bunga dari mahasiswa
menyatakan bahwa, “Seharusnya acara ini bukan seremonial semata yang penting
adalah implementasinya. Saya berharap semangat hari guru bukan hanya milik
mahasiswa Bastrindo tapi program studi yang lain juga harus memiliki semangat
yang sama. Dan mestinya program studi Bastrindo merangkul program studi lain
untuk sama-sama terlibat dalam acara ini, bila perlu dosen juga harus
berpartisipasi dalam acara ini. Saya berharap semangat kalian jangan hari ini
saja tetapi juga harus semangat di perkuliahan.”
Hal senada juga disampaikan oleh dosen Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah lainnya, seperti yang ditukas Ibu Wahidah “Saya menyambut
baik ekspresi mahasiswa, yang perlu dipahami bahwa sebagai generasi penerus
harus bisa lebih baik. Karena dunia pendidikan kita selalu memiliki kekurangan
dari dulu jadi harus diperbaiki, karena tanpa guru generasi kita tidak ada
apa-apanya, tanpa guru segalanya akan buta.”
Di sela kesibukannya, Bapak Mahmudi Efendi pun turut
memberikan komentarnya “Saya merasakan suasana yang dramatis dan keharuan,
harapan saya calon guru bisa mempersiapkan diri lebih nyata dalam bentuk
kemampuan professional karena kedepan guru memiliki peran penting.” (husnul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar