Puisi - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Minggu, 03 Februari 2013

Puisi


Pendidikan Dalam Keterpurukan
Uswatun Hasanah

Pemimpin bangsa terus bergulir dari berbagai zaman
Menapaki jiwa yang semakin temaram
Begitu pula anak bangsa sekarang
Dari tingkat rendah hingga tingkat maha mereka bersekolah
Namun tak mereka tahu
Pendidikan semakin palsu di Negara kita
Hingga anak bangsa kehilangan tempat berteduhnya
Karena pemimpin yang merampas hak mereka
Bukan itu saja
Ilmu yang mereka terima tak tentu bermakna
Karena mereka masuk dengan jalan yang tak terencana
Ilmu di beli tanda jadi
Pendidikan pun dinilai dengan harga mati

Apakah itu pendidikan yang sesungguhnya
Dibeli dengan mata uang
Dan dibungkam dengan kertas dolaran rupiah
Sungguh menyesakkan dada
Para petinggi yang terkenal berwibawa
Bermain mata sambil berkedipkan senmiliyara njuta
Inilah perbedaan yang terus menjalar
Dizaman purba lain makna
Dan kini, zaman buta merajalela
Sungguh memprihatinkan
Pendidikan semakin terkikis oleh keterpurukan
Keterpurukan diri, jiwa, dan nurani yang tak kan bias terobati





Impianku
Uswatun Hasanah

kesanggupanku memilih hatimu memang keraguan ragaku
keinginanku tuk berucap rindu hanya buaian semu
namun keihlasanku tuk mencintaimu tercurah dari lubuk hatiku

kata menyesal memang ada dibenakku
namun rasa syukur selalu terngiang dalam sujud malamku
hati dan rasa kan menyatu bila kedua partikel  menjadi satu
hatiku hanya tukkmu
rasa ini kan selalu ada khusus buatmu

sayang......
apabila esok kau tak disampingku
kuingin bulan bintang kan terus menyinari harimu
kuingin namaku kan selalu terlukis dihatimu
kuingin pula air matamu kan berlinang hanyatukku

sayang.....
sejatinya cinta kan nyata pabila kedua insyan menyatukarna-Nya
kekekalan rasa kan selalu ada pabila kita meraihzat-Nya

sayang....
kuingin mati diatas pundakmu
kuingin hidup dibelain mesra ragamu
kuingin tenggelam disukma terdalammu
kini dan nanti kau dan aku menjadi saatu
tanpa luka yang membasuh mukamu
hanya dirimu satu
Cuma satu
Takkan hilang
Karena kau bintang surgaku..






BUNGA TERAKHIR
Uswatun Hasanah

Ketika buih terdaftar dalam buku pelajar
Rinai bagia mulait erpancar
Dalam lubuk terdalam hati yang berbinar
Aku sang petuah dalam aljabar
Ingin mengingatkan pada mata
Bahwasanya pertemuan dalam berkisah
Akan ada akhir dalam bercerita
Pagi ini aku lukiskan tempat berpijak pertamaku
Dengan kelopak yang sayu dan pikir yang maju
Aku terasa asing bermula disini
Namun hati menguatkanku
Bahwa ada inovasi dan pencerahan yang terngiang di tengkorak kepalaku
Ku mulai majukan langkah dengan keraguan
Ku mulai menyeret batok pikerku keseluruh ruang sekitarnya
Ada beda disekelilingnya
Ada rona kebahagiaan bermula disana
Aku menyukainya amat menyukainya
Hari ini
nanti
dan untuk selamanya


HADIRMU
 Dewi Widia Astuti

Kemana hujan pergi hari ini?
Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah
Lalu hilang saat malam tengadah

Kemana saya harus pergi?
Saat saya tak ada lagi yang saya bela dari perjalanan ini
Selain menapaki jejak lemah
menuju rumah hatimu

Tak hilang dilalap lelah
Tak jera diremas gerah

Sekali saya coba lari dan mengingkari
Seribu kali saya kembali
Padamu
Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi

Dalam barisan doa-doa
Lalu rebah pasrah menunggu hadirmu
Tanpa ragu dan tanya lagi

Dimana kau alamatkan rumah hatimu?
Agar saya tak salah berlari....



Dewi Widia Astuti,
Mahasiswi Program Studi Bastrindo 2010.
Aktif berkegiatan di LPM Pena Kampus FKIP UNRAM.

Uswatun Hasanah,
Mahasiswi Program Studi Bastrindo 2010.
Aktif berkegiatan di UKMF Teater Putih FKIP UNRAM.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar