(Dipindahkan - Panitia FTMP XVII sedang mendekorasi panggung di Taman Budaya.) |
Pelaksanaan FTMP yang berlangsung di Arena Budaya pada
hari selasa (24/11) tiba-tiba saja dipaksa bubar oleh satpam Universitas Mataram.
Satpam yang melakukan pengusiran mengaku diperintahkan oleh Rektor Universitas
Mataram. Pihak Rektorat beralasan bahwa surat kedua yang dikirim oleh pihak
Teater Putih masih sama seperti surat yang pertama mereka peroleh, mengenai
akan diadakannya festival teater pelajar. “Mereka telah diberi izin menggunakan
gedung selama lima hari, dengan syarat menghapus festival pelajar. Diganti
dengan lomba. Tetapi, ketika memberikan surat undangan kepada Rektor, mereka
memunculkan kembali kata festival, sehingga Rektor mengeluarkan surat disposisi
untuk membubarkan kegiatan, terkecuali mereka membayar sewa seperti masyarakat
umum sesuai dengan SK Rektor mengenai Badan Layanan Umum (BLU). Selain itu,
yang menjadi permasalahan selanjutnya, mereka menggunakan piala Gubernur
sebagai rebutan, tetapi mereka tidak mendapatkan dana dari Pemerintah Daerah
(PEMDA). Alasan lainnya, mereka memungut biaya untuk tiket.” ujar Ni Made Novi
Suryanti, Wakil Dekan III FKIP Unram.
Rizkia,
Ketua Panitia FTMP, mengaku cukup kecewa atas kejadian tersebut, “Saya
memikirkan rekan-rekan panitia saya yang sudah mengeluarkan waktu untuk program
kerja FTMP ini, kemudian ternyata dibubarkan, yang bikin saya kecewa lagi,
adik-adik dari sanggar sekolah se-NTB yang telah mempersiapkan segala
sesuatunya, kemudian harus ditunda dan dibubarkan. Dan kita juga sebenarnya
malu karena kita membawa nama FKIP Unram, kita membawa nama Unram, kemudian
kita mengubah segala sesuatunya termasuk tertundanya pementasan selama sehari,
dan sebenarnya yang harus malu itu adalah Unram. Saya cukup kecewa dan sedih
untuk peristiwa semalam. Tetapi Festival harus tetap terlaksana, karena kita
sudah bersedia menjadikan FTMP sebagai proker kita dan ini harus dilaksanakan,”
jelasnya saat dikonfirmasi langsung oleh tim Pena Kampus (25/11).
Rizkia
kembali menjelaskan perihal Piala Gubernur yang dipermasalahkan oleh pihak Rektorat,
ketua panitia FTMP beralasan bahwa gaung
kegiatan ini sudah mencapai tingkat Provinsi dan melibatkan seluruh sangar-sanggar
sekolah se-NTB. Pada awal FTMP diadakan piala yang diperebutkan adalah Piala Rektor,
namun sejak tahun 2005 Gubernur mendukung acara ini, dengan Unram sebagai
penyelenggara dan menggantinya dengan Piala Gubernur.
Piala
Gubernur tersebut kemudian menjadi salah satu alasan pembubaran paksa pihak
Rektorat terhadap acara ini (FTMP-Red) hingga mengakibatkan salah satu sekolah
peserta mengundurkan diri, “Semoga peserta tidak kecewa untuk tahun depannya,
dan FTMP tetap terjaga, karena FTMP merupakan satu-satunya wadah bagi
sekolah-sekolah, supaya latihan-latihan yang mereka lakukan tidak sia-sia dan dapat
disalurkan melalui festival ini,” ujar Taufik Mawardi, Ketua Teater Putih. (rin, sr, zee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar