Mataram,
Pena Kampus –
Malam Anugerah penutupan Festival
Teater Modern Pelajar (FTMP) ke- XVII
se-Nusa Tenggara
Barat (NTB) yang diselenggarakan oleh Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Teater Putih Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram, resmi ditutup pada Selasa malam (2/12). SMAK Kesuma Mataram berhasil menjadi juara
tahun ini.
Acara
yang semulanya akan dimulai pukul 19.00 WITA ini,
sempat tertunda dua jam diakibatkan hujan yang mengguyur kota Mataram.
Terhitung sembilan nominasi dan tiga penyaji terbaik yang dibacakan dalam acara
yang bertempat di Tapal Kuda Taman Budaya NTB ini, yaitu nominasi Penata Musik
Terbaik yang diraih oleh SMAN 1 Gangga dengan lakon Orang Kasar, nominasi Penata
Artistik Terbaik diraih oleh SMAN 1 Gangga, Pendatang Terbaru Terbaik yang
diraih oleh SMAN 1 Gunungsari dengan lakon Dukun-dukunan, Sanggar Terbaik diraih oleh MAN Kandai 2 Dompu, Pembantu Aktor Terbaik
diraih oleh Faizul Hadi SMAN 1 Gangga sebagai Darmo dalam lakon Orang Kasar, Pembantu
Aktris Terbaik diraih oleh Selly Novitasari SMAK Kesuma Mataram sebagai Bu Martabat dalam lakon
Dukun-dukunan, Aktor Terbaik diraih oleh Marcelino Andiawan SMAK Kesuma Mataram sebagai Dukun dalam lakon
Dukun-dukunan, aktris terbaik diraih oleh
Fatimatul Zahra SMAN 1 Kempo sebagai Hariati dalam lakon Pesta Terakhir, dan
Sutradara Terbaik dari SMAK Kesuma Mataram.
Adapun
sekolah atau sanggar seni yang menjadi pemenang penyaji terbaik yaitu Penyaji
Terbaik III SMAN 1 Kempo dengan lakon Pesta Terakhir, Penyaji Tebaik II yaitu
SMAN 1 Gangga dengan lakon Orang Kasar, dan pemenang Penyaji I yaitu SMAK Kesuma
Mataram dengan lakon Dukun-dukunan. SMAK Kesuma
menjadi pemenang setelah merebut tiga piala sebelumnya dalam nominasi aktris
pembantu terbaik, aktor terbaik dan sutradara terbaik. Menurut Helmy Bahtiar
selaku Pelatih Teater SMAK Kesuma ketika ditanyai
tentang perasaannya mengucapkan, “Saya bahagia, bangga dan semua ini tidak bisa
diungkapkan. Anak-anak juga begitu bahagia dan terharu. Harapan untuk ke depan, kita akan tetap
mengikut festival tahun depan dengan harapan mampu meraih juara lagi”.
Ungkapnya.
Hal berbeda
terlihat dari SMAN 1 Gangga, walaupun siswanya merasa senang, sang pelatih
malah terlihat kecewa. Pasalnya, ia tidak terima dengan adanya dua aktor atau
aktris yang masuk dalam satu nominasi yang sama. Hal ini menyebabkan terjadinya
perdebatan antara dewan juri dengan panitia mengenai siapa yang akan menjadi
pemenang, apakah SMAN 1 Gangga atau SMAK Kesuma. Namun akhirnya keputusan juri
yang memenangkan SMAK Kesuma tidak bisa diganggu gugat.
FTMP
Terganjal Lokasi
Selama
kegiatan FTMP banyak kendala yang dihadapi oleh pihak penyelenggara termasuk
berpindahnya lokasi acara dari Arena Budaya ke Taman Budaya NTB. Menurut Nurjihatul
Rizkiah, selaku Ketua Panitia acara FTMP, pemindahan lokasi dari Arena Budaya
Universitas Mataram ke Taman Budaya NTB memberikan seluruh panitia pelajaran
untuk mampu menjadi lebih kreatif. “Saya sangat bersyukur
dengan apa yang ada dan apa yang terjadi. Jadi dengan berpindahnya kami dari Arena Budaya ke Taman Budaya, kami
mendapatkan banyak pelajaran, karena pelajaran yang kami dapatkan di sini belum tentu akan
kami dapatkan di sana.
Juga bagaimanapun keadaan dan kejadiannya tetap akan ada hikmahnya yang akan
kami peroleh”. Sementara itu, menurut Taufik
Mawardi selaku Ketua Umum UKMF Teater Putih acara festival tahun ini adalah
acara festival terberat dari beberapa kali ia mengikuti festival. “Saya
agak kecewa dengan kebijakan rektorat
mengenai pemindahan lokasi. Tapi acara harus tetap berjalan, karena seni itu
tidak bisa dibatasi. Jika dibatasi dan mati itu bukan kreatifitas dan seni
namanya. Dan kami tetap bersyukur, karena hal ini kami mendapatkan banyak pengalaman
dan membuat kami menjadi lebih kuat dan semakin kreatif”. Taufik menambahkan
harapannya ke depan terkait dengan acara FTMP “Semoga acara ke depannya mendapat
dukungan dari pihak terkait seperti birokrat dan instansi-instansi terkait.
Karena festival ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teater di
kalangan siswa dan pelajar. Buat pihak terkait harus buka mata bahwa festival
ini tidak seperti yang mereka pikirkan”. Jelasnya.
Pembina Teater
Putih FKIP Unram Murahim mengatakan “Teater Putih adalah organisasi yang dewasa.
Sehingga, kita bisa melewati hal ini dengan aman tanpa sebuah pemberontakan
tanpa sebuah kiat frontal. Akan tetapi, bagaimana cara kita tunjukan kepada penghalang-penghalang itu
bahwa seperti yang dikatakan pendiri tadi, bahwa kreatifitas itu tidak akan
pernah mati selalu ada jalan lain, karena orang teater adalah orang-orang yang
kaya akan pikiran-pikiran dan rasa”.
Tetap
Semangat
Dukungan demi
dukungan terus mengalir dari berbagai pihak kepada panitia pelaksana, termasuk
dari Adi Pranajaya selaku pendiri UKMF Teater Putih. Terkait dengan masalah
yang dialami pihak panitia penyelenggara, Adi Pranajaya mengatakan “Walaupun banyak
kendala yang mereka hadapi, mereka tetap menghadapinya dengan senyum yang indah
dan optimis, bahwa apa yang mereka lakukan termasuk solusi dan sebagainya itu
adalah salah satu ciri dari bentuk kreatifitas. Jadi, kreatifitas yang ada pada
diri seseorang dan tim sebagai satu komitmen maka apapun bentuk dan banyak
suatu kendala, itu tidak dianggap sebagai sebuah kendala, tetapi justru menjadi
motivasi untuk memperbaiki diri supaya mendorong dia lebih ingin menghadirkan
suatu bentuk festival yang baik”. Adi Pranajaya juga menambahkan terkait dengan
harapannya ke depan “Harus ada inovasi-inovasi yang baru dan dikembangkan, juga
penyelenggaraan harus memberikan tantangan bagi orang-orang yang terlibat, sehingga
itu bisa menjadi suatu pertunjukan yang
siapapun yang menontonnya tidak mudah menebak, akan tetapi selalu ada
kejutan-kejutan baik dalam bentuk penyelenggaraan dan mempersentasikan sebuah
festival”. Jelasnya.
Murahim juga
mengatakan “Kegiatan ini seharusnya didukung, karena menyentuh langsung kepada
dunia pendidikan dan itu sebagai tanggung jawab kita yang berada di FKIP
khususnya. Kami juga tidak butuh dukungan dalam bentuk materi, kami hanya butuh
dukungan melalui dorongan dan penyemangat itu sudah sangat luar biasa buat kami. Itu
yang kami harapkan hanya sekedar dukungan karena dengan cara itu kami merasa
dianggap ada. Karena Teater adalah seni yang menggunakan rasa dan mungkin
mereka belum tersentuh oleh rasa tersebut”. Terang Murahim. (mad/and)
Hey what a brilliant post I have come across and believe me I have been searching out for this similar kind of post for past a week and hardly came across this. Thank you very much and will look for more postings from you.
BalasHapus안전놀이터