BELAJAR KEHIDUPAN DARI TEATER - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 05 Desember 2016

BELAJAR KEHIDUPAN DARI TEATER



Mataram (Pena Kampus)—Malam penutupan Festival Teater Modern Pelajar (FTMP) yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Putih (TP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram) mengangkat tema “Budaya dalam Lakon” bertempat di taman budaya (19/11) berlangsung dengan meriah. Malam penutupan ini ditandai dengan pemukulan gong oleh salah seorang guru besar yang tidak lain pendiri teater putih yaitu Adi Prana Jaya.
Acara penutupan ini sekaligus dirangkaikan dengan  penganugerahan untuk nominasi yang dilombakan dalam FTMP ke-18 berlangsung  dengan meriah. Ada sekitar 10 nominasai yang diperebutkan dalam FTMP kali ini, diantaranya aktris/aktor pembantu terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik, artistik terbaik, penata musik terbaik, penyutradaraan terbaik, penyaji terbaik 1, 2 dan 3, serta sanggar terfavorit.
Sebelum acara puncak (pembacaan nominasi, red), penonton disuguhkan dengan pertujukan perkusi dari TP berkolaborasi dengan ke-31 sekolah yang ikut serta dalam FTMP. Seperti yang diungkapkan oleh ketua umum TP, yang membedakan penutupan FTMP ke-18 ini dengan sebelumnya adalah dari segi konsep acara. Sebelumnya pengisi acara hanya dari teater putih, sedangkan sekarang ada kolaborasi antara TP dengan ke 31 sanggar yang ikut serta dalam FTMP.
 Pertunjukan tersebut mendapat sambutan tepuk tangan dan teriakan yang meriah dari penonton yang ikut larut dalam suasana. Hal tersebut menjadi dayatarik tersendiri bagi Adi Pranajaya selaku Pendiri TP. “Dari generasi ke generasi teater putih ini sudah mampu membentuk penonton”, ungkapnya. Ia juga menambahkan kalau kesuksesan acara ini tidak dapat terbentuk seketika, namun hal ini merupakan bagian dari apa yang telah dilakukan oleh generasi TP sebelumnya. Sehingga, keberhasilan ini harus dipertahankan dan ditingkatkan melalu inovasi-inovasi agar peserta mendapakna hal-hal yang baru.
Bertambah malam, acara ini bertambah seru, terdengar dari teriakan dan tepuk tangah dari penonton yang mayoritas dari sanggar-sanggar yang ikut dalam serta FTMP, mereka juga harap-harap cemas menanti pembacaan nominasi-nominasi. Akhirnya, FTMP yang memperebutkan piala Gubernur ini dimenangkan oleh sanggar BESTRA (Bengkel Satra) dari SMAN 1 Dompu dengan lakon “Bila malam bertambah malam”. Penantian selama 10 tahun akhirnya berbuah manis.
Muhammad Apriadin, selaku ketua BESTRA mencurahkan rasa senangnya mengingat perjuangan yang telah dilalui. “Perasan saya sangat senang sekali karna sudah sepuluh tahun kami menanti piala ini” jelasnya. Ketika ditanyai terkait persiapan untuk mengikuti FTMP ini, Ia menjelaskan bahwa untuk pendalaman naskah, mereka rutin berdialog dengan orang-orang Bali. Senada dengan Apriadin, Abdul hair selaku pelatih juga mengatakan bahwa  persiapan ini dilakukan selama kurang lebih 4 bulan. “Sebulan pertama digunakan untuk latihan naskah, bulan ke-2 dan 3 untuk latihan acting dan blocking, dan ke 4 untuk penghalusan, jadi seseluruhan kami latihan itu 4 bulan”. Ia juga menambahkan bahwa sekolah sangat mendukung kegiatan mereka, mulai dari sarana-prasarana, anggaran, Izin dan sebagianya.
Belajar organisasi dan membentuk karakter
Menurut Pelatih yang juga merupakan Alumni UKMF Teater Putih ini, sangat penting untuk menanamkan pada anak didiknya bahwa tujuan mereka untuk ikut organisasi ini bukan sekedar untuk berkumpul akan tetapi, ada sesuatu yang lebih yang mereka dapatkan, yakni pembentukan mental dan karakter.  Sehingga hal tersebut yang terus memotivasi anggota dari BESTRA ini.
 Perihal  naskah yang dipentaskan, Ia mengatakan bahwa naskah ini dipilih karena membahas tentang, cinta, kasta dan sejarah serta adanya relevansi  budaya kita sejak zaman dulu. Sampai sekarang, ketika berbicara masalah masa depan anak-anak, orang tua tidak akan pernah lepas dari kasta. Jadi, kritik yang ingin disampaikan melalui lakon tersebut adalah bagaimana situasi saat ini sudah bukan lagi saatnya berbicara masalah kasta, baginya cinta juga tak memandang usia, tapi cinta memahami ruang dan waktu.
Begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari teater, seperti yang diungkapkan oleh pendiri UKMF Teater putih ; Adi Pranajaya. “Teater jangan dilihat sebagai cara satu-satunya atau wadah untuk mereka menjadi aktor, teater adalah ruang untuk kita belajar hidup, belajar bagimana meraih cita-cita. Teater ketika kita geluti maka, ia akan memberikan kita pelajaran bagaimana kita memiliki rasa tanggung jawab, rasa kebersamaan, menghargai satu sama lain, fokus untuk melaksanankana sesuatu. Serta bagiman ketika kita menetapakan sesuatu yang menajdi tujuan kita, kita mengerjakanya dengan sungguh-sungguh”, ungkapnya, ketika ditemui seusai acara. (Hkm)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar