Puisi Memperingati Hari Buruh

Nyanyian Pilu Para Buruh

nyanyian pilu para buruh

tentang hidup yang lusuh

di sawah, di pasar, dan di kantor

nyanyian pilu para buruh

masih sama tentang kehidupan

masih sama tentang ketidak adilan

nyanyian pilu para buruh

meratapi upah yang tak sepadan

meratapi hidup yang tak berkecukupan

nyanyian pilu para buruh

menuntut orang-orang yang merampas haknya

menuntut orang-orang yang banyak janjinya

nyanyian pilu para buruh

masih terlihat sekarat

karena suara-suara laknat

yang mengatur kebijakan hidup masyarakat

nyanyian pilu para buruh

dengan nasib yang bancuh

akan terus berjuang

akan terus melawan

sampai titik darah penghabisan

sampai keadilan benar-benar ditegakkan

Mataram, 2017

Bangunlah Buruh!

Bangunlah buruh

jangan nyanyikan lagu pilu itu lagi

bukan saatnya lagi meratapi,

angin-angin kehidupan yang kemarin

bangunlah buruh

angkatlah kepala yang tertunduk

kepada penguasa, yang menjanjikan kelayakan

hidup dari janji.

bersatulah

teriakkan keinginan dan tuntutanmu

karena sudah percuma,

beribu kali kau meminta,

berjuta kali kau mengiba,

mereka tuli tak peduli

maka sekarang,

tiba saat kau menggarang

karena hakikatnya suara tak bisa diredam

keinginan tak bisa mereka remehkan

dan hak-hak tak bisa mereka abaikan

maka dari itu eratkan barisan

satukan tekat untuk jemput perubahan

angkat dan kepalkan tangan

teriakkan kata, lawan!!!

Mataram, 2017

Sajak Seorang Tua

 

duduk, seorang tua

dengan kulit keriput yang terbakar terik

matahari yang tak bertuan

dibawanya air dalam botol bekas yang ia pungut

samping tong sampah

depan rumah makan

diharapnya kehidupan yang lebih layak

dari gerobak tua yang sudah rapuh

selepas menjadi buruh panggul

disebuah pasar samping persimpangan

seorang tua dengan kulit keriput

yang dibakar matahari tak bertuan

tidak terlihat lelah mencari nafkah

disela usia yang tak lagi muda

ditengah beban dan derita

ia menyelipkan do’a penuh pengharapan

semoga tuhan dan tuan memberinya pertolongan

agar mati dalam kebahagiaan.

                                                                                                                                                  Mataram, 2017

Identitas Penulis.

Ahmad Afandi atau akrab di panggil dengan nama pena Ogang,

Lahir di Kuripan 23 Agustus 1994,

Mahasiswa Pendidkan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Unram

Sekretaris Umum di Lembaga Pers Mahasiswa Pena Kampus FKIP Unram