Seorang Mahasiswa Baru (Maba) sedang mengumpulkan berkas untuk validasi data di bagian kemahasiswaan Unram. |
Mataram, Pena Kampus (04/08)- Sejak akhir bulan Juli lalu, Social Media Facebook dibanjiri tagar “Unram banjir Kartu Tanda Penduduk (KTP)”. Tagar yang berawal dari banyaknya mahasiswa baru angkatan 2017 yang mempertanyakan perihal pengumpulan fotocopy KTP mahasiwa beserta orangtua mahasiwa. Kebijakan yang baru diberlakukan pada angkatan 2017 ini, menjadi ramai karena diisukan terkait dengan dugaan politik praktis di lingkungan Universitas Mataram (Unram).
Kebijakan baru yang diberlakukan oleh pihak Kemahasiswa Universitas Mataram terkait validasi data mahasiswa baru yang harus menyertakan KTP mengundang banyak tanya. Beberapa mahasiswa yang awalnya memberikan informasi terkait instruksi pengumpulan fotocopy KTP ini , mengunggah screenshot percakapan dengan pihak kemahasiswaan di sebuah grup tertutup untuk mahasiswa baru (Maba) Unram di akun Facebook. Hal ini kemudian mendapat beragam tanggapan, salah satunya dugaan terkait dengan politik praktis di Unram. Pengumpulan KTP dengan alasan validasi data memang tidak hanya terjadi kali ini, beberapa waktu lalu mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi pun dimintai fotocopy KTP beserta fotocopy KTP anggota keluarga.
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nasir selaku Wakil Rektor III mengungkapkan bahwa pengumpulan KTP semata-mata hanya untuk validasi data mahasiswa dan membangun hubungan dengan orang tua mahasiswa. “Pengalaman saya 2015 ada mahasiwa yang terlibat Gafatar. Kita cari data kan kesulitan, dan orangtuanya di mana, alamatnya di mana, karena dia pindah-pindah. Kita cek di alamatnya ternyata gak ada. Berdasarkan pengalaman itu, kita minta validitas datanya, orangtuanya masih utuh gak, udah pisah gak, tempat tinggal sudah pindah. Dan itu (Pengumuan pengumpulan fotocopy KTP) resmi, berati gak illegal. Kalau dihubungkan dengan yang lain saya tidak tau.” ujar Nasir saat ditemui di ruangannya (02/08).
Selain itu, Abdul Faruk Selaku Kepala Sub Bagian (Kabag) Kemahasiswaan, membantah keras perihal dikaitkannya pengumpulan fotocopy KTP mahasiswa baru dengan isu politik praktis di Unram. Pihaknya mengaku bahwa kebijakan ini baru diberlakukan untuk mahasiswa angkatan 2017. “Untuk validasi, semata-mata untuk itu. Apa segampang itu kita mengumpulkan KTP orang tanpa ada sepengetahuan yang bersangkutan untuk arah politik, dan bisa? tapi, kami semata-mata, kami ingin tahu mahasiswa ini sama orang tuanya, sama keluarganya. Hanya semata-semata untuk validasi, tidak ada unsur untuk yang gitu-gitu( red: politik). Mulai tahun 2017 ini, karena selama ini kalau mahasiswa terjadi apa-apa , kita terputus” Ungkapnya.
Namun, menurut Sekjen BEM Unram yang akrab disapa Onang, jika untuk validasi dan mengecek data seperti alamat mahasiswa dan jumlah anggota keluarga, ia merasa Kartu Keluarga (KK) lebih valid. “Yang saya pertanyakan adalah seperti yang saya pertanyakan di opini saya itu, validasi apa yang harus dilakuan? validasi sudah dilakukan saat pendaftaran ulang. Seandainya membutuhkan alamat itu tidak membutuhkan KTP, di KK sudah jelas ada alamat, untuk menghitung jumlah anggota keluarga saya fikir KK itu lebih valid” ungkap Onang saat ditanya terkait opini yang ditulis di akun Facebooknya.
- Yell-yel yang tak wajar
Onang juga mengungkapkan bahwa indikasi politik praktis ini tidak hanya dari pengumpulan KTP, akan tetapi berasal dari beberapa kegiatan seperti mengarahkan Maba untuk melakukan polling dan menyanyikan yell-yell dengan redaksi yang tidak sewajarnya “dan saya hadir di sana, saya menyaksikan langsung kegiatan tersebut dan terciumlah. Karena maba waktu itu diarahkan untuk melakukan polling-polling, kemudian ada yell-yell tidak sepantasnya digunakan”. Ujar Onang saat ditemui di Sekertariat BEM rabu lalu (02/08).
Menaggapi perihal yell-yell, Faruk mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya untuk membangun semangat mahasiswa dan memang tidak ada yang sistematis terkait format yell-yell, baginya wajar jika menyebutkan nama kepala lembaga. “Tidak ada itu hanya kita bangun semangat mahasiswa.. kita semata-mata mebangun, hidup mahasiswa! Kalaupun ada yang semangat…. orang dimana-mana, kalau yell-yell bisa dimana-mana, kok sampe yel orang yang… bukan yang sistematis” ungkapnya pada tim Pena Kampus dengan terbata-bata diselangi tawa. (Hkm/Ros)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar