Suara Mahasiswa: Menentukan Kinerja BEM FKIP Satu Periode - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Jumat, 18 Januari 2019

Suara Mahasiswa: Menentukan Kinerja BEM FKIP Satu Periode


Mataram, Pena Kampus–Pemilihan umum ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram periode 2019-2020 pada Rabu, (16/01/2019) kemarin hanya diikuti oleh segelintir mahasiswa FKIP.

Debat yang dilaksanakan pada Sabtu, 5 Januari 2019 berlangsung sengit. Dua Paslon (pasangan calon) memaparkan argumentasi terkait kondisi permasalahan di FKIP Unram. Masa kampanye yang berlangsung pada 6-16 Januari 2019, Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) dinilai tidak sukses meraih antusiasme mahasiswa untuk memilih BEM FKIP. KPRM menentukan masa kampanye di tengah libur tenang ujian akhir semester (UAS) ganjil tahun 2019. “Hal ini lantas tidak efektif,” ungkap salah satu Mahasiswa akhir Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra yang enggan disebut namanya itu pada, Jumat (11/01/2019).

Pemilih (mahasiswa) Apatis
Pemilihan ketua dan wakil ketua umum BEM FKIP periode 2019-2020 yang diikuti dua paslon Hamdany sebagai ketua dan M. Arisandy sebagai wakil untuk nomor urut satu. M. Zainul Minan sebagai ketua dan BQ Tigar Maria Arisna wakil ketua untuk paslon nomor urut dua tak mendapat perhatian penuh (apatis) dari mahasiswa sebagai pemilih . Dapat dilihat, dari sekitar 5000 jumlah mahasiswa FKIP hanya, 20% atau hanya 825 dari mahasiswa yang terdaftar di dalam kotak suara pemilihan BEM.

Pemilihan yang berlangsung pada 16 januari 2019 itu dimulai pukul 08.00 dan ditutup 17.00 Wita. Pada  pukul 19.30 Wita dilanjutkan dengan perhitungan suara yang dilaksanakan di lobi gedung A FKIP Unram. KPRM mendapat perhatian dari mahasiswa FKIP. Dapat dilihat dari hasil pelorehan suara paslon nomor urut 1 pada Tempat Pengutan Suara (TPS) 1 dan TPS 2 yaitu sebanyak  577 suara. Di sisi lain paslon nomor urut dua secara keseluruhan memperoleh 190 suara pada TPS 1 dan TPS 2. Sedangkan untuk keseluruhan surat suara batal pada TPS 1 dan TPS 2 sebanyak 58 surat suara batal.

Kendala yang dihadapi setiap paslon yaitu masalah teknis terutama informasi tentang pemilihan BEM yang kurang diterima mahasiswa, dilihat dari kuantitas mahasiswa yang mengukuti pemilihan terhitung sedikit, salain itu faktor UAS atau libur tenang di beberapa prodi. Bisa disimpulkan, menurut Hamdani sikap apatis mahasiswa FKIP sangat tinggi, ke depannya akan diusahakan agar semua mahasiswa terlibat dalam setiap kegiatan organisasi.

“Sementara KPRM sendiri banyak sekali kendala yang dialami,” jelas Andri Pratama selaku ketua KPRM.  Andri merencanakaa pembukaan pendaftaran paslon pada akhir Desember. Ia dan selaku anggota KPRM FKIP Unram menetapkan calon pada awal Januari. “Hal ini tidak bisa kita lakukan karena ada permasalahan yang tidak bisa disampaikan,” ujar mahasiswa semester tiga tersebut pada, Rabu, (16/01/2019).

Masalah lain datang dari surat suara, pada saat perhitungan ditemukan 15 surat suara yang hilang.  “Permasalahan soal surat suara itu sendiri murni kesalahan dari pihak KPRM, kemungkinan di sini kita salah dalam menghitung surat suara dan nggak ada istilah dibobol,” tukas Andri. Sementara dari paslon nomor urut dua sendiri bisa menerima hal tersebut karena memang selisih perolehan suara yang terpaut sangat jauh. “Hal ini lantas perlu diperhatikan dan KPRM perlu mengkaji ulang terkait syarat-syarat sah dalam pemilihan dan pengangkatan ketua dan wakil bem, mengingat demokrasi kampus dapat menentukan aspirasi mahasiswa satu tahun ke depan,” ungkap Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra yang tidak mau disebut namanya itu.(nnp/rzl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar