Mataram,
Pena Kampus–Pemilihan umum ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram periode 2019-2020 pada
Rabu, (16/01/2019) kemarin hanya diikuti oleh segelintir mahasiswa FKIP.
Debat
yang dilaksanakan pada Sabtu, 5 Januari 2019 berlangsung sengit. Dua Paslon
(pasangan calon) memaparkan argumentasi terkait kondisi permasalahan di FKIP
Unram. Masa kampanye yang berlangsung pada 6-16 Januari 2019, Komisi Pemilu
Raya Mahasiswa (KPRM) dinilai tidak sukses meraih antusiasme mahasiswa untuk
memilih BEM FKIP. KPRM menentukan masa kampanye di tengah libur tenang ujian akhir
semester (UAS) ganjil tahun 2019. “Hal ini lantas tidak efektif,” ungkap salah satu
Mahasiswa akhir Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra yang enggan disebut namanya itu
pada, Jumat (11/01/2019).
Pemilih (mahasiswa) Apatis
Pemilihan
ketua dan wakil ketua umum BEM FKIP periode 2019-2020 yang diikuti dua paslon Hamdany
sebagai ketua dan M. Arisandy sebagai wakil untuk nomor urut satu. M. Zainul
Minan sebagai ketua dan BQ Tigar Maria Arisna wakil ketua untuk paslon nomor
urut dua tak mendapat perhatian penuh (apatis) dari mahasiswa sebagai pemilih .
Dapat dilihat, dari sekitar 5000 jumlah mahasiswa FKIP hanya, 20% atau hanya
825 dari mahasiswa yang terdaftar di dalam kotak suara pemilihan BEM.
Pemilihan
yang berlangsung pada 16 januari 2019 itu dimulai pukul 08.00 dan ditutup 17.00
Wita. Pada pukul 19.30 Wita dilanjutkan
dengan perhitungan suara yang dilaksanakan di lobi gedung A FKIP Unram. KPRM mendapat
perhatian dari mahasiswa FKIP. Dapat dilihat dari hasil pelorehan suara paslon
nomor urut 1 pada Tempat Pengutan Suara (TPS) 1 dan TPS 2 yaitu sebanyak 577 suara. Di sisi lain paslon nomor urut dua
secara keseluruhan memperoleh 190 suara pada TPS 1 dan TPS 2. Sedangkan untuk keseluruhan
surat suara batal pada TPS 1 dan TPS 2 sebanyak 58 surat suara batal.
Kendala
yang dihadapi setiap paslon yaitu masalah teknis terutama informasi tentang
pemilihan BEM yang kurang diterima mahasiswa, dilihat dari kuantitas mahasiswa
yang mengukuti pemilihan terhitung sedikit, salain itu faktor UAS atau libur tenang di beberapa prodi. Bisa disimpulkan, menurut Hamdani sikap apatis
mahasiswa FKIP sangat tinggi, ke depannya akan diusahakan agar semua mahasiswa
terlibat dalam setiap kegiatan organisasi.
“Sementara
KPRM sendiri banyak sekali kendala yang dialami,” jelas Andri Pratama selaku
ketua KPRM. Andri merencanakaa pembukaan
pendaftaran paslon pada akhir Desember. Ia dan selaku anggota KPRM FKIP Unram menetapkan
calon pada awal Januari. “Hal ini tidak bisa kita lakukan karena ada permasalahan
yang tidak bisa disampaikan,” ujar mahasiswa semester tiga tersebut pada, Rabu,
(16/01/2019).
Masalah
lain datang dari surat suara, pada saat perhitungan ditemukan 15 surat suara
yang hilang. “Permasalahan soal surat
suara itu sendiri murni kesalahan dari pihak KPRM, kemungkinan di sini kita
salah dalam menghitung surat suara dan nggak
ada istilah dibobol,” tukas Andri. Sementara dari paslon nomor urut dua sendiri
bisa menerima hal tersebut karena memang selisih perolehan suara yang terpaut sangat
jauh. “Hal ini lantas perlu diperhatikan dan KPRM perlu mengkaji ulang terkait
syarat-syarat sah dalam pemilihan dan pengangkatan ketua dan wakil bem, mengingat
demokrasi kampus dapat menentukan aspirasi mahasiswa satu tahun ke depan,”
ungkap Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra yang tidak mau disebut namanya itu.(nnp/rzl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar