Oleh: Nun Us Atun Naini (Anggota LPM Pena Kampus)
Sore itu aku dengar disamping kamarku suara yang sangat mengganggu telingaku, entah apa itu aku mendengar sangat keras seperti barang terjatuh. Aku sudah mengira itu suara dari kamar kakakku.
“Fani... tolong bantuin kakakmu ya, ibu sedang nyetrika baju”
Begitu dengar suara mamaku aku menghela nafas, benar dugaanku pasti kakakku.
Aku menghampiri kamarnya dengan wajah yang malas, tiap hari ada saja ulahnya, entah itu merusak barang barangku menggangguku istirahatku atau yang lain.
“Aduh ka bela... kenapa lemarinya bisa jatohgini!”
Kak bela diam kebingungan saat aku datang dan berbicara dengan nada tinggi, karena aku benar benar terkejut karena kamarnya jadi berantakan.
Maaf, kakakku ini emang tidak bisa bicara dia tuna wicara dan tuna runggu tiap hari dia menggunakan alat bantu dengar. Aku tahu aku salah, tapi entah kenapa aku selalu emosi setiap kali kak bela melakukan hal yang membuatku kesal.
“Fan.. bantuin jangan marah marah” begitu kata mamah, dia tidak pernah menggrutu pada kak bela, beda denganku.
Aku mengiyakan perkataan ibu dan membantu kak bela membereskan semua, sedangkan kak bela ingin meminta maaf padaku dengan bahasa isyaratnya, aku hanya menggeleng kepalaku.
....
Besok paginya aku berangkat sekolah, aku melihat kak bela sedang menyiram tanamandidepan rumah, setelah melihat aku berangkat menaiki sepeda kak bela seperti ingin mengatakan sesuatu, namun aku menghiraukannya, kak bela mengejarku sampai terjatuh, aku ingin berhenti tapi aku takut telat masuk sekolah.
“kakak apaansih... nanti aja aku mau sekolah” aku mengayuh sepeda sangat kencang sampai kak bela tidak terlihat lagi dibelakangku.
Diperjalanan aku merasa aneh dengan sepedaku, ternyata sepeda yang aku tumpangi ini bocor namun bengkel sangat jauh, sedangkan jarak sekolah masih sangat jauh.
“yah.. terpaksa lari deh, ini pasti garagara kak bela deh, ngeselin banget sih”
****
Saat hari sudah sore aku pulang dari sekolah hari menunjukanjam 3 sore, namun beberapa temanku mengajakku bermain, aku mengiyakan mereka lagi pula hari ini malam minggu jadi ada waktu untuk bersantai.
“angiiii...—“ aku melihat kak bela diujung seberang jalan depan sekolahku, dia berusaha memanggilku dengan suaranya yg tidak terlalu jelas itu. Kak bela menggunakan sepedanya untuk mengantarku pulang, pasti dia tau keadaan sepedaku.
“kak bela duluan aja pulangnya, aku mau ada perlu sama temen” sautku dari jauh
“itu kakak kamu fan?” temanku andin sedikit tertawa saat melihat kak bela, aku tahu mereka pasti mentertawakan kak bela, aku sangat malu saat itu juga
“udah ayok jadi main apa ngganih??” aku mengalihkan pembicaraan kemudian pergi meninggalkan kak bela dan melihat kak bela terlihat sedihdengan mata berkaca kaca.
****
Aku dan teman temanku menghabiskan waktu dibeberapa tempat, hingga tak sadar hari sudah malam.
“eh, gue pulang duluan ya, udahmelmnih, nyokap pasti nyariin”
“yahelu mah anak mami banget dah, udah sana lo pulang” kata teman temanku.
Aku pulang dengan rasa cemas karena baru sadar sudah jam 11 malam apalagi pakaianku masih baju sekolah, aku benar benar malu untuk pulang, jalanan sangat sepi sekali.
Hingga sampai didepan rumah aku menghendaphendap melewati pagar rumah, pasti mamah menungguku dirumah hingga pintu rumah belum terkunci, aku harap ibu sudah tidur.
Saat sudah memasuki rumah aku terkejut ternyata mamah sudah berdiri didepan pintu dengan wajah marahnya.
“kemana saja kamu fan?!!!” mendengar suara mamah dengan nada tinggi Aku terdiam
“Fani!! Kamu tahu ini sudah jam berapa?”
“Maaf mah”
“Maaf maaf... kamu ini perempuan ga baik pulang jam seginifaniii...”
“tapi fani Cuma—“
“Cuma apa? Main? Cuma pengensenengseneng?iya? Mamah ngizinin kamu main tapi kamu harus inget waktu, mamah malufan, gimana nanti kalo kamu ada apa apa? Mamah sama kakak kamu nungguin dari tadi sore, kata kakak kamu, kamu pergi sama temen kamu, ternyata main?”
“Mah.. tapi fan—“
“Tapi apa fan, mama gamaudenger alasan kamu, liat tuh kak bela, dulu dia pulang ga pernah selarut ini, pulang malemajaga pernah! Dari sore kak bela nungguin kamu pulang sekolah, malah kamu nolak buat pulang, kamu ini -”
“Cukup mah”
Emosiku tidak terkendali saat mamah membandingkanku dengan kak bela, aku menangis mendengar mamah hanya bisa membela kak bela, tiap hari kak bela, aku tahu aku salah tapi kenapa harus bawa bawa kak bela
Kak bela datang mendengar mamah membentakku
“mamah sudah jangan marah , fani kamu kemana saja? Kakak mencari kamu dari tadi sore”kata ka fani dengan bahasa isyaratnya, kulihat tangannya gemetar seperti ketakutan
“udahdeh kakak gausah peduli sama aku, kakak sama aja kaya mamah bisanya cuma bikin aku kesel aja, kenapa sih kalian ga pernah ngertiin aku? Hah?”
“fani...”
“Apa? Kakak mau marah marah kaya mamah iya?? Kak bela tuhudahngancurin hidup aku tahu ga sih tiap hari bikin aku kesel, Dia itu bisanya buat aku malu, dia dateng ke sekolah biar aku diketawain sama tementemen aku! Aku malu mah”
“tidak begitu fani”
“Apa??! Mah.. mamah sadar kan? Gara gara kak bela ayah ninggalin kita, ini semua garagara dia mah, ayah nolongin kak bela naik sepeda, sampe ayah kecelakaan, mah.. dia tuh Cuma bikin kita menderita, harusnya kak bela pergi dari sini-”
“FANI Kamu-!!”
Plak!—
Mamah menampar pipiku
Hati aku panas, tamparan mamah membuat aku tidak bisa menahan tangis ini lebih sedih dari yang aku rasakan
“mamah jahat”
“fanii...”
“Fan.. mamah minta maaf”
Aku menangis dan meninggalkan rumah saat itu juga, namun kak bela mengejark yang berlari sangat jauh dari rumah, sampai aku tak sadar sudah berada dijalan raya.
“kak bela gausah peduli sama aku” kataku sesegukan, kak bela masih saja mengejarku
Aku berlari hingga tak sadar cahaya putih menghantamku kepohon sampai aku tidak sadarkan diri. Aku mendengar suara kak bela berteriak namun tidak jelas.
****
Cahaya putih itu terlihat kembali saat aku tersadar akan melihat sinar matahari di gorden rumah sakit. Aku bersyukur karena masih bisa melihat dunia dan mamah disampingku.
“Mah...”
“Alhamdulillah kamu sudah sadar fan” kata mamahku sambil mengelus kepalaku tersenyum
“mah.. fani minta maaf”
“iya, mamah juga minta maaf ya sayang”
“Mah.. kak bela mana?”
“Kak bela lagi istirahat sayang”
Aku menyeringai, kenapa kak bela istiarahat, apa dia kecelakaan juga karena sudah mengejarku? Tapi aku benar benar menyesal malam itu, harusnya aku tidak berlari.
“istirahat kenapa mah? Kak bela kecapean?”
Tiba tiba saja mamah mengeluarkan air mata yamg membuatku bingung
“fan... kak bela udahga ada, kak bela udahninggalin kita”
“mamah ngomong apa sih? Jangan bercanda deh, kata mamah kak bela istirahat, istirahat dirumah sakit ini juga ya? Apa dirumah?”
“fan. Itu benar sayang, kak bela udahistirahat, kak bela udahtenang disana”
Aku berteriak dan menangis mendengar cerita mamah, aku rapuh saat itu juga karena kak bela menolongku saat kecelakaan itu, dia mendorongku dan membuat tubuhnya terhantam mobil yang melaju kencang.
Ini semua garagara aku, aku benar benar menyesal karena ulahku kak bela jadi pergininggalin aku dan mamah, harusnya aku menuruti perkataannya saat itu, bagaimanapun juga dia kakakku walaupun banyak keterbatasan tapi dia tetap jadi kakak terbaik yang pernah aku miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar