Memelihara Semangat Pers Mahasiswa - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 21 November 2022

Memelihara Semangat Pers Mahasiswa

Delegasi pers kampus yang tergabung dalam PPMI DK Mataram, bersama dengan Abdul Latif Apriaman  


Mataram, Pena Kampus – "Menjadi Pers adalah bekerja untuk mencerahkan publik dan menjadi guru adalah bekerja dengan panggilan jiwa. Namun satu hal yang menjadi penyakit dua profesi tersebut yaitu materi meruntuhkan idealisme mereka,” pungkas Haris Al Kindi wartawan NTBSATU.COM ketika menjelaskan materi sejarah pers dalam kegiatan Latihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (LJTL). (21/11/22)


LJTL merupakan pelatihan yang di selenggarakan untuk meningkatkan kualitas dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang tergabung dalam Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota (PPMI DK) Mataram. Juga untuk membentuk jiwa jurnalis muda yang kedepannya siap bersaing di dunia profesi.


Seperti yang diungkapkan oleh Ihsan Hadi selaku Sekretaris Jendral PPMI DK Mataram, ”kita juga ingin membentuk jiwa jurnalis-jurnalis muda yang kedepannya siap bersaing di dunia profesional tentunya untuk menjadi jurnalis yang handal di wilayah NTB dan juga tentunya di nasional,” pungkasnya pada (20/11).


Bagaimana Keadaan Pers Mahasiswa di Lapangan?


Kegiatan yang berlangsung di Gedung D Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unram. Dengan tema “Bersinergi Dalam Pengoptimalan Jurnalis Mahasiswa yang Reliable, Analitis, dan Kritis" ini, menjadi ruang bagi pers mahasiswa untuk mengungkapkan terkait dengan kendala-kendala yang mereka hadapi. Selama melakukan wawancara dalam proses peliputan.  


Indrian Islamiah, salah satu peserta menceritakan pengalamannya ketika melakukan kegiatan peliputan. Ia mendapatkan kendala pada narasumber yang tidak mau diwawancara lalu mengalihtugaskan jawaban pertanyaan yang seharusnya dijawab olehnya. “Nanti coba konfirmasi ke sini, pernah kita ke pihak yang ditujukan di suruh lagi balik ke sana,” cerita anggota LPM Ro’yuna Universitas Islam Negeri Mataram tersebut (20/11).


Hal yang serupa dialami oleh Michael Ayaswaroy, anggota Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa (UKPKM) Media Universitas Mataram, ia mengaku kesulitan menemui narasumber. “Biasanya sih lebih ke orang-orang birokrasi ya, minta jawaban doang padahal itu satu entah pura-pura sibuk atau beneran sibuk.” 


Michael juga menambahkan, narasumber pernah melayangkan tuduhan terkait dengan adanya kepentingan pribadi yang menjadi latar belakang ia mewawancari narasumber, “pernah waktu itu ada pak WR IV saya mau nanya ini itu, terus dia nuduh-nuduh dengan kayak jangan jadi kaki tangan LSM, gitu. Saya nggak ngerti itu maksudnya apa.”


Latihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (LJTL)


Banyaknya kegelisahan serta permasalahan yang dialami pers mahasiswa dalam proses membuat berita, terjawab dengan hadirnya LJTL yang dilaksanakan dari 19-20 November 2022. PPMI sebagai inisiasi dari kegiatan ini menghadirkan materi-materi yang diberikan sebagai penyemangat peserta dalam menjawab tantangan ketika terjun ke lapangan.


Materi Sejarah Pers menjadi langkah awal peserta memahami bagaimana publik mengakui keberadaan hingga perkembangan pers yang ada di Indonesia. Sebagaimana materi yang dibawakan oleh Haris Al Kindi. Bahwa perkembangan pers Indonesia mengalami tiga periode; pers sebagai alat perjuangan (Orde Lama), pers dibredel (Orde Baru), kebebasan pers (Orde Reformasi), pers diancam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (Orde Pasca Reformasi).


Untuk menutup penyampaian materi, wartawan NTBSATU.COM ini menyampaikan analogi mengenai persamaan menjadi jurnalis ataupaun guru harus sama-sama memelihara idealisme profesinya. "Menjadi Pers adalah bekerja untuk mencerahkan publik dan menjadi guru adalah bekerja dengan panggilan jiwa. Namun satu hal yang menjadi penyakit dua profesi tersebut yaitu materi meruntuhkan idealisme mereka,” tandasnya pada (19/11).


Sejalan dengan hal di atas, Abdul Latif Apriaman dalam sela-sela materi Jurnalisme Solusi, memberikan penegasan bahwa seorang jurnalis harus menajamkan kemampuan analitis dan memupuk jiwa kritis yang seharusnya melekat pada diri seorang jurnalis. “Sisakan sedikit sikap skeptis untuk menguji kebenaran informasi,” tegas jurnalis Tempo ini (20/11).


Kebingungan yang dirasakan oleh Yanti salah satu peserta mengenai perbedaan anatara indepth news dengan straight news terjawab ketika sampai pada materi Liputan Mendalam Indepth News yang dibawakan oleh Fitri Rachmawati jurnalis KompasTV. Sehingga sampai pada pemahaman ternyata indepth news lebih lengkap menyuguhkan permasalahan yang mendalam dan analitis. Serta tidak berfokus pada pembuktian atas kejanggalan dari kasus yang diliput.


Kegiatan yang berlangsung sampai sore hari itu ditutup dengan melakukan rapat redaksi. 20 peserta yang hadir terbagi menjadi 5 kelompok, terdiri dari 8 pers kampus yang bergabung dengan PPMI DK Mataram namun hanya 6 yang menghadiri acara ini; UKPKM Media, LPM Sativa, LPM Marginal, LPM Dimensi, LPM Ro'yuna, dan LPM Pena Kampus. Hasilnya panitia mewajibkan seluruh kelompok melahirkan berita sebagai output dari kegiatan.


Sirtupillaili, melecutkan semangat berupa satire kepada panitia pelaksana LJTL mengenai keharusan adanya hasil dari dilaksanakannya kegiatan ini. “PPMI tidak akan di kenang jikalau tidak menghasilkan suatu karya,” sindir ketua Aliansi Jurnalis Independen kota Mataram periode 2018-2021, yang membawakan materi Jurnalisme Investigasi (20/11). (Nur, Ren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar