Tradisi Bau Nyale, Tangkap Cacing Demi Awet Muda - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 04 Maret 2024

Tradisi Bau Nyale, Tangkap Cacing Demi Awet Muda

(sumber: Pena Kampus)

Mataram, Pena Kampus - Kepercayaan masyarakat terhadap olahan cacing laut sebagai sumber awet muda membuat masyarakat rela menginap untuk mengikuti tradisi bau nyale. Pantai Torok, Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah menjadi salah satu tempat terlaksananya tradisi bau nyale (01/03/2024).


Masyarakat Lombok menggelar tradisi tahunan berburu cacing laut atau kerap disebut Bau Nyale yang dimulai pada Kamis, (29/02/2024) di Pantai Torok, Lombok Tengah. Masyarakat setempat tidak akan melewatkan momentum tersebut, seperti halnya Jumarim. Saat Tim Pena Kampus menghampiri Jumarim, ia sedang memilih tempat strategis mendirikan tenda miliknya, "Kami sekeluarga memutuskan membangun tenda di pinggir pantai agar tidak terburu-buru turun ke tengah laut," tuturnya.


Masyarakat setempat meyakini nyale sebagai jelmaan Putri Mandalika. Hal tersebut sejalan dengan tanggapan salah satu warga bernama Rinto yang setiap tahun selalu ikut serta menangkap cacing laut (nyale). "Nyale ini merupakan salah satu bentuk jelmaan Putri Mandalika yang cantik dan berwibawa,’’ ungkapnya.


Rinto juga menambahkan bahwa mengonsumsi cacing laut (nyale) diyakini memiliki khasiat . “Kami meyakini  mengonsumsi nyale buat kami awet muda," ungkapnya Rinto saat malam puncak Bau Nyale, (01/03/2024).


Setiap tahun pelaksanaan tradisi Bau nyale sesuai dengan perhitungan kalender Islam bulan atas dan tahun ini jatuh pada tanggal 19-20 Rajab atau bertepatan dengan tanggal 29 Feb-1 Maret 2024.  "Nyale ini bukan hanya tertangkap malam ini, tetapi pada malam sebelumnya juga." Tambah Rinto.


Tradisi Bau Nyale


Dilansir dari Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Tradisi Bau nyale merupakan acara adat yang muncul dari legenda Putri Mandalika. Ia merupakan putri yang dikenal dengan paras cantik dan rupawan serta kemuliaan hatinya.

Berkat kebaikan dan kecantikannya, tak heran jika banyak dari pangeran dan berbagai kerajaan tertarik dengannya. Banyaknya pangeran yang mendambakannya menjadi sebuah persaingan  yang mengancam keutuhan dan kerukunan masyarakat lombok pada saat itu.

Demi mempertahankan kerukunan itu, putri Mandalika kemudian melakukan ritual semadi, untuk mencari petunjuk apa yang harus dia lakukan kepada pangeran-pangeran yang datang menemuinya. Dari ritual semadi itu, putri Mandalika mendapat petunjuk, untuk mengundang dan mengumpulkan semua pangeran yang ingin meminangnya di Bukti Seger, Mandalika.


Saat semua telah berkumpul, alih-alih memilih salah satu dari pangeran tersebut, putri Mandalika malah memilih untuk terjun ke laut. Ia melakukan hal tersebut atas dasar kecintaannya kepada masyarakat agar hidup dalam kerukunan dan kedamaian.


Seluruh orang yang hadir pada saat itu sontak ikut terjun ke laut untuk menyelamatkan sang putri. Namun nahas, putri mandalika menghilang, tak satupun dari mereka yang berhasil menemukannya. Setelah kepergian putri Mandalika, munculah cacing laut berwarna-warni dengan jumlah yang banyak tepat di tempat mandalika menghilang. Cacing tersebutlah kemudian di kenal dengan Nyale. Sejak saat itulah masyarakat meyakini nyale merupakan jelmaan dari putri mandalika, tradisi bau nyale kemudian digelar sekali dalam setahun sebagai bentuk penghormatan kepada putri Mandalika. (Jel)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar