(Sumber foto: tangkapan layar pesan WhatsApp mahasiswa)
Mataram-pena kampus, Kasus Peretasan WhatsApp Kaprodi (Kepala Jurusan) pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, mengakibatkan beberapa menjadi korban penipuan.
Kasus penipuan lewat aplikasi WhatsApp yang mengatasnamakan Dosen atau pihak Fakultas sudah sering terjadi. Salah satu modus oknum penipu yang paling sering dijumpai adalah menyamar menjadi dosen dengan cara memakai foto profil dosen yang bersangkutan, kemudian meminta sejumlah transfer uang kepada korban (mahasiswa) dengan alasan akan mengganti uang tersebut di kemudian hari.
Baru-baru ini kembali terjadi kasus penipuan yang mengatasnamakan Dosen yaitu Kepala Jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia bapak Dr. Saharudin, M.A.
Kasus ini terjadi pada bulan Agustus lalu dengan motif peminjaman uang kepada beberapa mahasiswa. Salah satu mahasiswa yang bersuara adalah Ika. Ika menceritakan modus penipuan oknum yang mengatasnamakan Dosen tersebut, berawal dari menanyakan prihal KRS dan SKS kepada dosen pembimbing. Dalam percakapan WhatsApp yang ditunjukkan, alur komunikasi yang awalnya berlangsung normal karena menyangkut perkuliahan menjadi janggal setelah oknum dosen tersebut mengirim pesat tidak biasa kepada Ika "ini sekarang bapak lagi ada keperluan mau transfer mbanking, tapi error nggak bisa dibuka. Bisa tidak kamu bantu tranferin dulu? Nanti siang Bapak ganti saldonya," bunyi pesan tidak biasa yang diterima Ika (22/09/25). Merasa yakin sedang berbicara dengan dosennya, Ika pun menuruti permintaan tersebut.
Awalnya, oknum dosen penipu meminta uang sebesar Rp3.000.000, namun Ika hanya memiliki uang Rp450.000, yang langsung distranfernya sat itu juga.
Peristiwa ini menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa, sebab pelaku memanfaatkan identitas dosen untuk meyakinkan korban. Tidak sedikit mahasiswa lain yang hampir menjadi target, meski berhasil menyadari lebih cepat bahwa pesan tersebut adalah modus penipuan.
Menanggapi kasus ini, Saharudin segera memberikan klarifikasi lewat status WhatsApp miliknya. Ia menegaskan bahwa nomor pribadinya telah diretas dan meminta keluarga, mahasiswa, serta rekan kerja untuk tidak menanggapi pesan mencurigakan.
Pihak fakultas juga mengambil sikap secara tegas dengan mengeluarkan imbauan dalam bentuk surat edaran resmi agar civitas akademika lebih berhati-hati. Mahasiswa diingatkan untuk selalu melakukan konfirmasi melalui jalur resmi jika ada permintaan yang tidak wajar, apalagi terkait uang. Saat ini pihak kampus tengah berkoordinasi dengan aparat berwenang untuk menindaklanjuti kasus peretasan ini. (Syi,Ygi)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar