Sistem Pengisian KRS Tidak Jelas - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Kamis, 17 Oktober 2013

Sistem Pengisian KRS Tidak Jelas

Mahasiswa Keluhkan Keseriusan Fakultas

Mataram, Pena Kampus-Pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP) Unram pada tahun akademik 2013/2014 yang akan datang masih belum menemui titik terang.  Mahasiswa belum mendapatkan kepastian  apakah FKIP akan menerapkan sistem KRS manual atau Sistem on line
Pada semester lalu FKIP menerapkan sistem KRS ganda; manual dan on line sehingga mahasiswa mengisi dua jenis KRS sekaligus. “Pengisian KRS dengan cara manual sekaligus online seperti pada semester sebelumnya sangat merepotkan mahasiswa. Kami sangat kerepotan  jika harus  mengurus dua bentuk KRS sekaligus,” terang M. Sulton, Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan (KWn) Reguler Pagi.
Seperti pada semester sebelumnya, di samping mengurus KRS online, mahasiswa juga harus mengurus KRS  manual.Tentu saja hal ini sangat tidak efisien.Setelah mahasiswa bersusah payah mengisi KRS secara online (Layanan Internet di kampus sering sulit diakses),menunggu validasi dosen Pembimbing Akademik (PA), dan setelah KRS di validasi oleh dosen PA maka kembali harus meminta tandatangan kepada dosen yang bersangkutan.
            Sulton menambahkan, secara logika, jika KRS online sudah divalidasi oleh dosen PA secara online, seharusnya pengajuan pengambilan mata kuliah oleh mahasiswa sudah sah. Kenapa mesti harus mencetak KRS online tersebut dan meminta tandatangan dosen PA lagi. Dari sini saja kita dapat menyimpulkan bahwa sistem online ini tidak praktis dan belum siap untuk digunakan.
“Selain mengisi KRS online terus mencetaknya. Kita juga harus mengisi KRS yang manual. Jadinya kita kerja double, ngisi yang online dan yang manual. Minta tandatangannya juga dua kali, untuk KRS online yang diprint dan KRS yang manual. Benar-benar tidak beres kampus ini”, terang seorang Mahasiswa Pendidikan KWn semester dua.  
Menaggap ketidakberesan sistem pengisian KRS online di FKIP Unram khususnya dan Unram umum, Dedy Suhendra, Ph.D. selaku kepala pusat teknologi, informasi, dan komunikasi (Pustik) Unram ketika dikonfirmasi diruang kerjanya mengatakan KRS online sudah disosialisasikan kepada mahasiswa sejak awal sebelum KRS online diterapkan berupa poster-poster informasi yang ditempelkan.  Selain itu, jika mahasiswa mengalami kesulitan saat pengisian KRS online, mahasiswa tersebut dapat mengunduh langsung panduan pengisian KRS yang telah disediakan dalam situs Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) Unram.
Lebih lanjut Dedy menjelaskan, “semua mahasiswa dapat log in karena situs SIAKAD adalah “rumah” bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat mencetak Kartu Hasil Studi( KHS ), Petikan nilai, melihat Indeks Prestasi (IP) dan info mata kuliah. Hanya saja mahasiswa tidak bisa mengisi KRS kapan saja karena hal tersebut ada waktu aktifasinya. Bagi mahasiswa yang belum membayar SPP , saat ia mencoba untuk melakukan pengisian KRS maka tulisan yang akan tertera dilayara dalah ‘maaf anda belum menyelesaikan administrasi’. Jadi, kecurangan pengisian KRS bagi mahasiswa yang belum membayar SPP seperti yang di ragukan banyak pihak selama ini dapat diatasi.
Sementara Dra. Siti Rohana H.I., M.Pd, Ketua Jurusan (Kajur) Pendidikan Bahasa dan Seni, Sosialisasi KRS online belum sempurna karena sistem online juga merupakan sistem yang masih baru sehingga keamburadulan dalam pengisiannya masih bias dimaklumi. Ditambahkannya, sosialisasi tentang system pengisian KRS online ini sebenarnya bukan merupakan tugas Kajur seutuhnya. Pada tahun lalu, sosialisasi penigisian KRS online di bantu oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) yang ada di FKIP.
Dosen Kesulitan Validasi
Penerapan KRS Online juga terkendala kesiapan para dosen PA. Pada semester lalu, banyak mahasiswa mengaku dosen PA mereka tidak dapat memvalidasi KRS mereka karena dosen bersangkutan masih belum familiar dengan sistem online. Ini membuat proses pengisian KRS mahasiswa menjadi tersendat-sendat. Beberapa dosen juga sangat jarang online sehingga memperlambat prose validasi.
Selain itu, pengisian KRS secara online juga dapat mengurangi intensitas konsultasi antara mahasiswa bimbingan dengan dosen PA. Mahasiswa tidak leluasa konsultasi dan menyampaikan permasalahan akademik mereka kepada dosen PA. Di situs SIAKAD Unram memang disediakan tempat khusus untuk memberikan pesan dan catatan, namun hal tersebut tidak komunikatif. Ketika mahasiswa meninggalkan pesan dan catatan di SIAKAD, jarang sekali dibalas oleh Dosen PA.

Meskipun semerawut, beberapa mahasiswa mengaku lebih suka sistem online dari pada manual. “Saya lebih suka menggunakan sistem online. Hanya saja jika online maka online saja yang digunakan tanpa harus mengisi secara manual juga. Pengguanaan dua cara dalam pengisian KRS ini membuat ribet mahasiswa terutama mahasiswa yang rumahnya diluar pulau Lombok”, jelas Wahyu setiawati, mahasiswa prodi bahasa Inggris. (Ulfa, Uci, Lia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar