Aksi Damai Masyarakat Sasambo Tolak Proyek Glamping dan Seaplane di TN Gunung Rinjani - LPM Pena Kampus

Wadah Gali Nurani Mahasiswa

Breaking

Minggu, 03 Agustus 2025

Aksi Damai Masyarakat Sasambo Tolak Proyek Glamping dan Seaplane di TN Gunung Rinjani

 
        (Sumber: UKMF Mapala FKIP Unram)


Mataram, Pena Kampus— Pagi ini, masyarakat Sasambo (Sasak, Samawa, dan Mbojo) menggelar aksi damai dalam rangkaian Car Free Day (CFD) di Jalan Udayana, Kota Mataram. Aksi ini merupakan bentuk persetujuan terhadap rencana pembangunan proyek glamping dan pesawat amfibi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), yang dinilai dapat merusak ekosistem serta mengancam ruang hidup dan kearifan masyarakat lokal sekitar kaki gunung Rinjani. 03/08/2025



Koordinator aksi, menyatakan bahwa gerakan ini selaras dengan berbagai koordinasi masyarakat sipil yang telah menyuarakan persetujuan sebelumnya. “Tuntutan kami sama dengan aliansi-aliansi lainnya. Tidak ada yang membedakan gerakan ini dengan gerakan-gerakan lainnya. Kami bersama-sama menolak pembangunan glamping dan seaplane yang akan mengganggu aktivitas ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat,” tegasnya.



Aksi ini juga bertujuan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. “Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya rencana pembangunan ini. Maka dari itu, kami turun ke ruang publik untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat juga peduli,” lanjutnya.



Dalam aksi damai ini, sejumlah penampilan seni turut mewarnai suasana. Salah satunya datang dari Sanga Boemi yang turut membawakan lagu bertema perlawanan yang menyuarakan semangat untuk menjaga alam dan menolak eksploitasi kawasan konservasi.



Kemudian Nita Febrianti salah satu penyair puisi juga hadir membacakan puisi berjudul Untukmu Ibu Bumi Kami Rinjani. Ia datang langsung dari Bali sebagai bentuk solidaritas terhadap gerakan ini. “Rinjani bukan sekedar gunung, ia adalah ruang hidup yang sakral,” ucapnya.



Imam Firmansyah salah satu peserta aksi juga menegaskan bahwa rencana pembangunan pesawat amfibi dan glamping justru menunjukkan persetujuan alam terhadap intervensi manusia. "Ketika glamping dan pesawat amfibi dibangun, maka terhentilah kita semua. Rinjani bahkan menolak dengan sendirinya segala gangguan yang terjadi. Ini adalah warisan sakral yang harus kita jaga bersama," katanya. 



Seorang pengunjung CFD, Wisnu Harhaf, menyampaikan kesan positifnya terhadap aksi tersebut. “Aksi ini sangat edukatif. Kami sebagai masyarakat umum jadi tahu apa yang sebenarnya terjadi di Rinjani. Harapannya, aksi seperti ini terus dilakukan karena banyak doa baik yang lahir dari dan untuk Rinjani,” Pungkasnya.


Aksi ini menjadi penegas bahwa Rinjani bukanlah komoditas pariwisata semata, melainkan ruang hidup, ruang spiritual, dan warisan alam yang harus dilindungi oleh seluruh anak negeri. (Tim Redaksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar