Suasana acara pengumuman pemenang BEM FKIP terlihat sepi. |
Mataram
(Pena Kampus)—
Pemilu Raya dalam rangka pemilihan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP) berakhir sepi dengan puncak acara pengumuman
pemenang yang hanya dihadiri segelintir orang. Kinerja KPRM , serta sepinya pemilih
mewarnai pesta demokrasi mengingat jabatan badan eksekutif di FKIP yang kosong
kepemimpinan selama dua tahun belakangan. Sebagai langkah awal , pasangan
terpilih tetap optimis.
Acara
pengumuman pemenang pemilihan umum raya badan eksekutif mahasiswa fakultas
keguruan dan Ilmu pendidikan (PEMIRA BEM FKIP) periode 2016/2017 pada Minggu
(3/5) lalu berlangsung sepi. Acara yang seharusnya menjadi puncak pesta
demokrasi tersebut hanya dihadiri oleh segelintir mahasiswa, diantaranya yaitu pasangan pemenang yakni M.zakaria dan Fahmi ,
Ketua Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa (KPRM)
Jamiludin beserta jajaran,beberapa
anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan beberapa utusan dari HMPS (Himpunan
Mahasiswa Program Studi) yakni Prodi Matematika, Biologi dan Sosiologi. Ketua
KPRM sendiri mengaku sedikit kecewa karena tamu undangan yang mayoritasnya
adalah Ormawa hanya beberapa yang hadir.
Acara pembukaan yang rencana akan dihadiri WD
III FKIP Ni Made Novi Suryanti ternyata
luput dari kehadirannya untuk memberi
sambutan karena yang bersangkutan setelah dikonfirmasi berhalangan hadir karena
pergi melayat. Ketika ditanya mengenai
kinerja KPRM sendiri, diungkapkan oleh Jamil
selaku ketua ia tidak dapat berkomentar
apapun mengenai berhasil atau tidaknya PEMIRA BEM FKIP tahun ini karena merasa
tidak dapat menilai diri sendiri, serta beranggapan bahwa kawan-kawan di Ormawa
tentunya lebih kritis dalam penilaian. Acara pengumuman pemenang BEM tersebut
merupakan tugas akhir kepanitian KPRM periode 2016/2017 yang kemudian akan
dilanjutkan dengan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) serta pemasangan spanduk
pengumuman pemenang. Ada rasa bangga tersendiri bagi Jamil karena dipercaya
sebagai ketua panitia PEMIRA setelah BEM di fkip vakum selama dua tahun. Menurutnya
hal tersebut menambah pengalamannya
dalam berorganisasi.
Zakaria dan Fahmi Optimis
Ketika
ditanya oleh Pena Kampus mengenai
langkah awal kepemimpinannya Zakaria mengungkapkan akan segera melakukan perekrutan anggota , karena merasa
tentu tidak dapat hanya bekerja berdua saja hal tersebut juga sesuai dengan amanat yang
diberikan oleh WD III. Walaupun tidak menampik akan adanya permasalah mengenai
kepemimpinannya satu tahun kedepan baik
Zakaria ataupun Fahmi optimis akan menjalankan tugas mereka dengan baik.
Membangun sinergi serta menciptakan
keharmonisan, baik antara BEM dengan
mahasiswa,BEM dengan Birokrasi ataupun
sebagai media yang menjembatani antara birokrasi dengan mahasiswa. Ketika
ditanya mengenai tanggapan terhadap tamu undangan banyak yang tidak hadir ,
Zakaria menyatakan tidak ingin berburuk sangka. “Siapa tahu mereka sedang ada
kesibukan” ujarnya usai penutupan acara.
Pemilu Raya Kurang Efektif
Ihsan
salah satu ketua Unit Kegiatan Mahasiswa ketika ditemui di sekretariat Mapala
salah satu tamu undangan mengaku tidak
hadir karena sedang ada kegiatan saat itu. Ketika ditanya perihal
Pasangan BEM terpilih ia mengungkapkan bahwa jika secara administrasi dan
peraturan sudah memenuhi tentunya akan menerima
siapapun yang menang, tetapi tetap perlu ada pertimbangan dan bahan evaluasi
apakah KPRM telah melaksanakan pemilihan dengan baik mengingat mahasiswa yang
memilih kurang dari 50% , menurutnya
KPRM tidak mendata dengan baik mahasiswa
yang aktif di FKIP serta jumlah yang harus memilih. Ihsan sendiri berharap agar Ketua BEM saat
ini tidak menjadi pemimpin otoriter—
menjalankan sesuatu tanpa ada pertimbangan dari mahasiswa, hanya bertolok ukur
dengan birokrasi. Menurut Ihsan ia kurang puas dengan Kerja KPRM yang tidak
efektif karena kurang persiapan. Dan mencantumkan beberapa peraturan yang tidak
mendukung pesta demokrasi. Serta data yang dipegang tidak terlalu banyak.
Menurutnya
pemilihan dengan mensyaratkan mahasiswa membawa KTM adalah sebuah strategi
pemilihan. “Masa pemilihan BEM harus bawa KTM gitu ? Kalah-kalah orang mau
nangkap teroris gitu lo . Apa gunanya list jumlah mahasiswa FKIP yang ada itu kalau yang memilih harus tetap membawa
KTM”. Hal tersebut diungkapkannya karena adanya kebijakan pemilih harus membawa
KTM pada saat memilih sehingga merugikan hak suara mahasiswa yang tidak
memiliki KTM— baik yang dalam proses pembuatan ataupun yang hilang.(Brs/Mad/Hana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar