Hari Film Nasional ke-66 : Teater Putih Adakan Workshop Industri Film - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Kamis, 31 Maret 2016

Hari Film Nasional ke-66 : Teater Putih Adakan Workshop Industri Film



Peserta workshop saat mendengarkan kuliah umum tentang perfilman.
          Pena Kampus, Mataram—Memperingati Hari Film Nasional ke-66 (30/3), Teater Putih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram (FKIP Unram) mengadakan Workshop Industri Film Pendek dan Dokumenter. Bergandengan dengan AP Fondation, acara yang berlangsung di Museum Nusa Tenggara Barat (NTB) ini disambut ramai.
            Dimulai sejak pukul 14.00 WITA, para peserta undangan mulai memadati meja registrasi. Alasan mengadakan acara di Museum NTB, Ketua Teater Putih (TP) Taufik Mawardi mengungkapkan inisiatif pengurus untuk sesekali mengadakan kegiatan di luar. “Cari udara segar sedikit,” ucap mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) ini.
            Hadir Wakil Dekan (WD) III FKIP Unram, Ni Made Novi Suryanti, selaku perwakilan pejabat dari kampus putih. Begitu juga dengan beberapa dosen atau praktisi seni; diantaranya Sahrul Qodri selaku dosen PBSID sekaligus Ketua Dewan Kesenian NTB, dan Nuryadi selaku dosen Pendidikan Bahasa Inggris. Selain itu, para siswa SMA pegiat teater pun menghadiri kegiatan tersebut. Tersebutlah SMKN 3 Mataram dan SMAN 6 Mataram. Perwakilan Museum hadir membuka acara dikarenakan kepala museum berhalangan hadir.
            Dalam workshop ini, Adi Pranajaya menyampaikan kuliah umum terkait film. Di awal, materi tentang sejarah film dan perfilmam dibahas secara lugas dan padat. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta, Muhammad Mahrus Putera. Selanjutnya, dimulailah dengan penjabaran bagaimana film Lutung Kasarung yang menjadi awal penciptaan film Indonesia pada 1926. Dilanjutkan dengan film Darah dan Doa pada 1950 sebagai tahun tercetusnya Hari Film Nasional di Indonesia.
            Selain itu, pendiri unit kegiatan mahasisa fakultas (UKMF) TP ini pun menjelaskan secara ringkas makna dari film Indonesia dan film nasional. Keduanya dapat dibedakan dari berbagai aspek, namun yang menjadi pembeda secara umum adalah keterlibatan pihak diluar warga negara Indonesia (WNI). Baik dari aspek ide, dana, lokasi pengambilan gambar, dan sebagainya.
            Materi lainnya yang disampaikan pun meliputi bahasa film, manajemen produksi film, segala hal tentang film pendek/dokumenter, dan kreativitas dan industri film. Seluruh materi disampaikan melalui ceramah singkat dan selanjutnya diikuti dengan diskusi. Secara khusus, Adi memfokuskan topik diskusi ke dalam proses kreatif sutradara dalam menggarap sebuah film.
Harus Kreatif
            Adi menekankan bahwa seorang sutradara haruslah kreatif dalam menciptakan sebuah karya film. “Sutradara, menurut saya, dibagi menjadi dua tipe. Yakni tipe tukang dan tipe kreatif,” ungkapnya saat menyampaikan materi. Yang dimaksudkan dari tipe tukang adalah seorang sutradara yang serta merta menerima naskah film dan memainkannya tanpa ada proses bedah naskah dan diskusi lebih lanjut. Sehingga yang nantinya tercipta adalah karya “mentah”. “Karya tersebut sama sekali tidak menampakkan jejak sang sutradara. Hambar,” jelasnya lagi.
            Lain halnya dengan sutradara kreatif yang berani menggarap kembali naskah tersebut sesuai dengan imajinasi dan keinginannya. Adi pun kembali menjelaskan, “Ini dilakukan agar kesempurnaan film yang ada di ide dan bayangannya sesuai. Inilah yang disebut kreativitas dalam penyutradaraan.”
            Tidak sampai di situ, setelah diskusi selesai, pemutaran beberapa film dokumenter dilakukan sebagai bentuk praktika terpadu secara visual kepada peserta yang hadir. (ild)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar