Mataram, Pena Kampus – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke IX Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia yang berlangsung di Auditorium Yusuf Abu Bakar Universitas Mataram Rabu (6/4), dihadiri oleh ratusan peserta pengurus BEM seluruh kampus di Indonesia.
Setelah vakum
selama dua periode, Rakernas BEM se-Indonesia ke-IX kembali digelar. Kali ini
Universitas Mataram (Unram) berkesapatan sebagai tuan rumah penyelenggara acara
tersebut. Rakernas dibuka langsung oleh Rektor Universitas Mataram, Sunarpi.
Rektor, dalam sambutannya mengingatkan agar pengurus BEM terus menyuarakan dan
mengawal berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saat ini. Karena peran dari
mahasiswa sangat penting, mengingat mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control. Khususnya BEM sendiri,
sangatlah berperan untuk mengembalikan asas-asas demokrasi yang diemban oleh
mahasiswa.
“Ini
adalah momentum merubah sikap dan
pikiran dalam mengawal demokrasi baik di lingkup perguruan tinggi maupun di
masyarakat luar,” ujar Sunarpi.
Rakernas ini
dijadikan momentum untuk menggelorakan kembali semangat para mahasiswa dalam mengawal
demokrasi. Terutama di Unram, yang selama dua tahun belakangan ini demokrasi di
kampus cemara sempat mati. Hal ini ditandai dengan dibekukannya BEM selama dua
periode.
Sebagai tuan
rumah untuk pertama kalinya di wilayah bagian timur, Unram mendapatkan
apresiasi atas kesuksesannya dalam menyelenggarakan rakernas BEM se-Indonesia.
Salah satu perwakilan BEM dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Teguh
menyampaikan apresiasinya kepada Universitas Mataram, selaku tuan rumah karena
telah menyambut peserta Rakernas dengan sangat baik.
Selain itu, Teguh
juga mengungkapkan dalam mengikuti rakernas BEM di Unram ini banyak hal baru
yang ia dapatkan. Seperti pegelaran adat budaya asli NTB yang ditampilkan
langsung oleh mahasiswa Unram. “Saya pikir lebih banyak lagi semangat-semangat
yang tertular kepada kita, tidak saja dari mahasiswa Unram, tapi juga dari teman-teman seluruh Indonesia yang hadir,” ujar Teguh pada
wartawan Pena Kampus.
Sementara itu,
Lutfi Maulana yang merupakan perwakilan dari BEM Sekolah Tinggi Teknik (STT)
PLN Jakarta mengungkapkan bahwa ia sangat terpukau oleh semangat BEM Unram sebagai tuan rumah penyelenggaraan rakernas
BEM ke IX. “Apalagi BEM Unram sempat selama dua tahun ini dia off dan baru-baru ini mulai aktif lagi.
Itu sudah nilai plus dengan adanya acara ini”. Ungkap Lutfi yang ditemui
disela-sela kegiatan.
Tantangan
Dalam Rakernas
ke IX tersebut, ada beberapa rekomendasi yang dihasilakan terkait dengan
tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa diera globalisasi ini, yang perlu
diantisipasi lebih dini oleh mahasiswa. Rasa apatis dan tingkat kritis
mahasiswa yang rendah bisa menjadi masalah besar terkait banyaknya permasalahan
yang tak kunjung dapat diselesaikan. Nazmul Wathan selaku ketua BEM Unram
mengatakan “Kita akan menolak UKT (Uang Kuliah Tunggal) karena beberapa tahun
terakhir ini, UKT jadi permasalahan yang tak kunjung terselesaikan. Terkait itu
juga kita akan mengawal isu nasional seperti korupsi, kesehatan, pendidikan,
ekonomi, pertanian, energi, lingkungan, dan kemaritiman”. ujarnya.
Syawaludin
selaku pemateri dalam acara Rakernas tersebut mengungkapkan pandangannya
terkait permasalahan yang ada disemua perguruan tinggi terutama di Unram “Setiap
permasalahan tidak dapat diselesaikan tanpa adanya dialog antara mahasiswa dan
birokrasi, jadi antara mahasiswa dan birokrasi harus melakukan dialog dengan
cara face to face. Mengingat Unram
tidak bisa berdiri tanpa adanya mahasiswa. Unram butuh mahasiswa dan mahasiswa
butuh rektorat” ujarnya.
Tumbuhkan Semangat Juang
Tema yang
diangkat dalam Rakernas ke IX ini adalah “Mengawal Kedaulatan Maritim Indonesia.” Diharapkan, tema ini
dapat membawa efek yang besar terhadap peran mahasiswa sesungguhnya. Karena
pada saat ini mahasiswa terlalu apatis dengan adanya permasalahan-permasalahan
yang disekitarnya, baik lingkup akademik maupun di luar akademik, lingkup lokal
maupun interlokal.
Syawaludin
mengatakan “Saya sangat apresiasi semangat dari mahasiswa yang lahir dari rahim
kampus dan mereka adalah anak jalanan tapi meraka bisa produktif dan kreatif. Mahasiswa,
yang lahir di Indonesia ini dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh negeranya
sendiri. Terkait itu kita juga berada pada negara yang berdaulat pada
kedaulatan rakyat. Apa yang dibutuhkan rakyat itulah yang menjadi acuan
pemerintah kita khususnya pada tingkat pendidikan.”, ungkapnya. Karena pada
dasarnya jumlah terbesar penduduk bangsa Indonesia adalah kaum muda yang masih
memilki semangat yang besar. Maka dari itu Syawaludin selaku pemateri Seminar
Revitalisasi Kepeloporan Pemuda dan Cita-cita Pembangunan pada Rakernas ke IX
ini berharap semangat mahasiswa terlahir kembali, karena pemilik sah negeri ini
adalah mahasiswa. (Mad/VQ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar