thesmartlocal.com |
#Kumpulan
Puisi
Janjimu untuk menciumku
Sudah 36 purnama yang lalu, waktu kita menangis
bersama di malam purnama yang pertama. Kamu janji mau menciumku, setelah berapa
lama tak bertemu. Waktu itu rambutmu merah dan lurus sampai dekat anus. Kini
sampai pisang masak jadi ungu, ciumanmu
tak juga datang ke bibirku. Aku sudah lelah menunggu, alasanmu cuma bilang
"tunggu sampai ketemu". Kini aku sudah lupa purnama keberapa, sejak
waktu kita menangis bersama. Bahkan aku sudah lupa kau berjanji menciumku,
sampai akhirnya kutemukan ciumanku dengan seorang wanita yang sebelum menikah
berkata "aku pernah berjanji pada seorang lelaki untuk menciumnya, maukah
kau menggantikannya? Sebelum bibirku tak lagi baik bentuknya".
Akaren, 34
SM
Kisah Paman dan kawannya
"Kamu itu terlalu banyak baca!"
"Dimana letak kesalahan orang membaca?"
Kata paman kepada kawannya
"Tidak ada salahnya, cuma kamu itu terlalu banyak
beretorika!
Tidak ada aksi nyata!"
"Kamu mabuk apa? Whisky? Tuak? Arak? atau
janda?"
Kata paman sambil tertawa
"Kita mabuk dengan wacana yang cuma omong kosong
belaka!"
Mereka berdua mati tertawa.
Akaren, 3871
Kulihat doa melayang
Saban malam kulihat doa melayang,
melayang bersama tangis dalam remang,
seperti sisa cahaya kunang-kunang,
terbang diantara tangan yang seperti kembang, disana
diantaranya ada benang
benang yang menjulang, menuju yang benar-benar terang
doa-doa itu terus melayang tak karuan
seperti tak punya tuan, tak punya tujuan
dan akan terus melayang sampai hilang.
Akaren, 2021
Penulis* Bagus
Prasetyo
Anggota LPM Pena Kampus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar