Hari
ini pinggangku sakit sekali, badanku terputar, rasa sakit menjalar, otak kiriku
pening, tapi aku enggan berkata “Tolong!”. Begitulah aku, aku manusia yang
sangat enggan meminta tolong padahal rasa sakit tengah memperkosa tubuh
mungilku ini. “Sesakit apa yang kamu rasakan?” aku sering mendapati pertanyaan
semacam ini menjejali otakku, aku ingin sekali menjawab dengan berkata “Jika
rasa sakit ini kamu yang rasakan, aku tidak yakin kamu bisa bertahan sepertiku.”
Akan tetapi, aku selalu menjawab pertanyaan semacam itu dengan senyum tipis
padahal aku tersenyum dengan rasa pahit yang aku telan sendiri. Ah sudahlah,
tidak penting membahas pertanyaan bodoh semacam itu karena rasa sakit bukan
sebuah perlombaan yang dapat diukur angka.
Aku
lupa minum obat pagi tadi, aku teledor sekali bukan? Aku buru-buru berangkat ke
kampus tapi aku lupa memasukan pil-pil menjijikan itu ke dalam ranselku. Aku
menyebutnya pil-pil menjijikan karena dua tahun lalu aku terancam tidak jadi
diterima di tempat aku berkuliah sekarang karena positif tiga jenis Narkoba,
tidak lain dan tidak bukan karena pil-pil yang aku telan setiap pagi. Selain
itu, aku juga terlampau kesal dengan pil-pil itu karena mereka terus menelanjangi
kepalaku. Ingin sekali aku berhenti berteman dengan pil-pil itu, tapi apalah
dayaku yang menyeka rasa sakit yang diakibatkan oleh ulah otak kiriku, otak
kiriku memang nakal karena selalu menikamku dengan rasa sakit.
Aku
terus menelan pil-pil itu butir demi butir agar otak kiriku tidak nakal lagi
hehe, kalian tahu apa yang terjadi? Kepalaku ditelanjangi terus menerus, hingga
rambut indah, sehat, tebal, kuat, berkilau bak iklan shampo itu harus copot
satu persatu dari kulit kepalaku. Morphine
dan rangkaian obat-obat yang harus kutelan membuat rambutku jadi sangat tipis
dan kusam, bahkan terjadi masalah-masalah lain. Awalnya terjadi masalah pada
sistem pencernaan lalu merambat ke infeksi pada ginjalku. Rasa sakit
memperkosaku terus-menerus padahal aku menelan Morphine sebagai anti nyeri, tapi akibat dari senyawa bernama Morphine justru menciptakan nyeri-nyeri
yang baru di sekujur tubuhku yang mungil ini, aku tidak paham.
Beberapa
orang pernah berkata bahwa mereka sangat kagum dengan ketabahanku dalam melawan
rasa sakit dan merasa terwakili oleh cerita-cerita cengengku, tapi apa kamu
tahu? Mereka hanya terwakili oleh cerita-ceritaku saja, tapi tentunya tidak ada
yang mau dititipkan rasa sakit yang aku rasakan dan mewakili kematianku haha
hidup ini sangat lucu bukan? Tenang saja, aku tidak mungkin meminta mereka
untuk mewakili kematianku atau menitipkan rasa sakit yang aku rasakan, karena
aku masih sanggup memikulnya sendiri. Aku juga tidak takut mati sendirian,
karena pada dasarnya yang bernyawa pasti akan mati bukan? Mati sendiri bukanlah
ketakutan terbesarku, tapi ketakutan terbesarku adalah dilupakan dan kehabisan
cinta untuk dibagi.
Aku
terus saja bercerita perihal rasa sakit yang memperkosa tubuhku ini, seperti
seorang yang tidak mengenal apapun kecuali rasa sakit, mungkin banyak yang
sudah sangat bosan mendengar cerita-cerita cengengku tapi mau bagaimana lagi?
Rasa sakit adalah hal yang paling dekat denganku, jadi sangat terpaksa yang
pertama kali aku akan kenalkan juga ketika kamu berkenalan denganku adalah rasa
sakit. Karena rasa sakit adalah teman akrabku, dan pastinya selalu mengikutiku
lalu memperkosaku di mana pun aku berada.
Jujur
saja, aku juga bosan dengan rasa sakit yang aku rasakan, tapi aku harus selalu
mau walau aku tidak mau, siap merasakannya walaupun aku tidak siap, aku harus
menikmatinya walaupun aku tidak mau menikmatinya. Yang aku bisa lakukan adalah
menghela napas dan berharap ada yang memberiku rasa empati, karena setiap rasa
sakit akan lebih ringan aku rasakan saat seseorang memberi rasa empati dan dunia
akan terasa sangat kejam jika manusia kehilangan rasa empati. Sepertinya memang
begitu, ayolah! Tidak ada yang sudi untuk sekadar bertanya apakah aku baik-baik
saja? Apalagi memberi rasa empati. Tidak ada yang peduli walaupun aku juga
berhak untuk kembali utuh, hanya kepura-puraan yang aku dapati, jika aku
mengeluh sakit mereka hanya akan melontarkan omong kosong yang dibalut dengan
bermacam-macam diksi. Mungkin saja dunia saat ini sudah benar-benar telah
kehilangan jati diri.
Hari ini pinggangku
sakit sekali, badanku terputar, rasa sakit menjalar, otak kiriku pening, aku
enggan berkata “Tolong!”, dan ibu lupa bertanya “Apa kabar?” akibatnya aku lupa
minum obat lalu rasa sakit memperkosaku sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar