Sempat Yang Sementara
Hai, sapamu diawal perbincangan.
Berharap jika itu berbalik tertanggapi.
Pelabuhan mana yang sedang kau singgahi?
Berlayarkah engkau? Atau itu hanya cerita lama
yang bersemi?
Merusut surut lembayung pagi kala itu.
Masih jelas, namun tak telihat lagi sesosok
tak berwujud yang tertuduh.
Kemarilah, akan jelas mata itu melihat dan
menjadi saksi, bahwa ada bercak merah di sana sini.
Itu tanda, bahwa tak ada pupus yang suci dari
luka yang berkali-kali tergoresi.
Banyak harap untuk sungguh yang tak bisa
menetap.
Banyak lara yang berpinak hanya karena sebuah
tatap.
Begitukah kebenaran dari retorikamu yang
tertangkap?
Sudahi dusta kata yang hanya mampu terucap.
Sebelum keping semakin melebur, ada senyum
yang begitu gembira, ada riang yang amat tercurah.
Sebelum semua terhenti, adakah tanda ketukan
pamit untuk yang terakhir kali? Jika ada, katakan dan lantangkanlah. Jangan
menghindar lalu membungkam.
Karena hanya disinggasanalah, kau sempat yang
sementara.
Magnet Bagi Sebutir Atom
Bayang- bayang itu bersua, bahwa ada sebuah
partikel yang tertinggal.
Entah darimana asalnya, yang kutahu, nama itu terdengar begitu mengganjal.
Saintis itu melotot memandangiku. Tuturnya, nanti akan datang saatnya,
aku akan melihat keajaiban dari sesuatu tak berwujud namun jelas seisi bumi
mampu merasakannya.
Pohon yang rindang,
Akar yang menjalar,
Burung-burung yang terbang mencari sangkar,
Bukti, bahwa segalanya memang tercipta secara
berpasang.
Adakah yang mampu menyangkal?
Para sufi mengumandangkan seruan-seruan itu.
Menyorak meneriakkan, inilah kehebatan dari
salah satu keajaiban semesta.
Sudahkah kau renungi untaian kata demi kata
yang ada?
Sudahkan kau luangkan untuk hati dan pikiranmu
berbincang?
Beri satu detik untuk hatimu mencari yang
dibutuhkan bukan hanya yang diinginkan.
Begitu kuat tarikannya.
Amat terasa walau berkali-kali sudah kucoba
tuk hentikan Ia.
Kerdil wujudnya, namun mampu menciptakan
banyak maksud yang tak pernah selesai pada maknanya.
Magnet bagi sebutir atom, dua abadpun tak akan
mampu menjelaskan seperti apa sejatinya Ia.
Mengikat tanpa pernah melepas, berakhir dengan
entah, namun seperti itulah singkatnya.
Karena jika itu tentangnya, semua tidak akan
pernah ada habisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar