Kejutan - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Rabu, 24 Maret 2021

Kejutan


                                             


Oleh: Uwais Alqarany

(Mahasiswa Teknik Sipil - Universitas Mataram)


Sore itu, langit keruh menengadah pada sang mentari yang melihat dataran tempat pohon mannga, yang aku naiki, tumbuh dengan rindangnya, berlomba-lomba menjulang angkasa dengan pohon jambu dan pohon bune. Obrolan Burung Kecial liar yang ditimpali riak-riak sungai di dekat lahan rumput tempat kambingku makan membuai telingaku hingga rasa kantuk mulai berdatangan.


“Allahu Akbar Allaaaahu Akbar!”

Kumandang azan dari masjid membuyarkan lamunanku. Akupun melompat turun ke rerumputan dan mendarat tepat di sandalku.

“KAKAK!!!”


Aku melihat Jibral dengan peci dan sarung yang dililit di pundaknya. Dari jauh ia tergopoh-gopoh dan bersemangat berlari menghampiriku melalui parit-parit pembatas sawah, Orang Sasak biasa menyebutnya pundokan. Tubuhnya yang kecil membuatnya samar saat berada di antara rumput dan ilalang.

Aku membuka ikatan tali kambing sembari melihat Jibral dengan senyum ramah.


“Kak!..”

“Iya, kakak sudah siap. Jibral siap?”

“Iya, Kak! Kakak mau dengar?”

“Nanti saja di masjid”

Jibral senyum malu padaku setelah melirik ke kambing. Aku langsung mengerti maksudnya.

“Tidak boleh.. Dia masih terlalu kecil”

Jibral kecewa merayu. Aku membungkuk dan senyum kepadanya.

“Naiklah..”

“Yeeee!!”


Kumandang azan telah berakhir. Kami berjalan pulang melewati rumput dan ilalang, dengan Jibral di punggungku dan tali kambing sesak di kepalan tanganku. Aku berjalan santai sehingga sinar matahari menerpa kami dengan riangnya.


“Cepat Kak! Panas ini!..”

Karena aku pernah belajar tentang urat-urat saraf reseptor rangsang pada kulit, sengatan matahari ini memicu ingatanku tentang itu. Aku berjalan seperti telah ada yang mengaturnya. Aku tidak jatuh atau salah jalan walaupun aku melamun.

“Kakak!!”

“Iya?”, responku setengah sadar.

“Kalau Kakak tidak cepat, nanti kita telat ngajinya!”


Perkataan Jibral melayang-layang di gendang telingaku. Aku coba mengatur sendiri urat sarafku. Menutup urat saraf perasa rangsang panas(Ruffini) dan membuka urat saraf perasa dingin. Dengan menutup mata dan menarik nafas pelan lalu mengeluarkannya seiring terbukanya mataku.

Tidak disangka dan di luar akal sehat. Hal itu berhasil.

Aku tertegun..

Rasanya tubuhku ini seakan berendam di sungai pada dini hari.


“Cepat Kak! Cepat Kak!”

Jibral meronta-ronta di punggungku.

“Iya.. Iya..”

Langkahku memburu. Adikku terpental-pental. Anak kambing yang aku seret, mengembek seakan kegirangan.

“E,haa.. H,haa.. H,haa..”, tawa Jibral kegirangan.

Saat hampir tiba di belakang rumahku, hanya belasan meter ke arah utara dari pagar bambu tempatku melambatkan langkah. Jibral menunjukkan rasa perhatiannya kepada kakaknya,

“Hahahahhh.. Kakak lelah?”

“Iyah nih! Turun sudah ya. Dan tolong ikatkan kambing ini di pohon manga itu.”

“Iya! Siap Kak!”


Aku mencoba merasakan detak jantungku. Detakannya keras dan memburu. Tapi lagi-lagi, aku bisa melambatkan dan menenangkannya. Keringat yang mulai membasahi dahiku juga tidak menambah debitnya.

Suara kambing yang diikat Jibral terdengar oleh ibuku.

“Jibraaal!? Mana kakakmu?!”, teriak ibu dari dalam rumah.

“Ini Buu!.. Kak! Kakak sedang apa di situ?”

“Tidak ada…”

Aku berjalan menuju keran di dekat kandang kambing.

“Ridwaan! Cepat sedikit. Sudah selesai azan ini.”

“Iya Buu..”


Akupun mencuci wajah, tangan, rambut, dan kaki. Saat menghampiri Jibral, tercium bau kotoran ternak yang telah lama menumpuk. Aku coba mengubah urat saraf penciumanku. Dan lagi hal itu berhasil. Seketika tumpukan kotoran ternak itu tercium seperti wangi buah mangga yang matang di pohonnya.

“Ayo Kak”

Kami memasuki rumah sederhana dengan lantai tanah dan semen serta atap genteng kerangka kayu.

“Bu, kami berangkat dulu ya..”

“Iya. Mengajilah dengan benar. Kalian tau, itu bukanlah hal yang boleh dimain-mainkan. Paham?!”

Saat ibu memberikan nasehat, mengucapkan perkataannya dengan lembut dan tegas, aku memandangnya dengan penuh kegembiraan dan penuh arti.

***


Jika ingin mencari orang-orang hebat di dunia ini, Ibuku salah satunya. Ibuku bahkan memutuskan hubungannya dengan bangku sekolah setelah lulus SD. Walaupun demikian, ia adalah orang yang memiliki karakter kuat. Hal itu mungkin dikarenakan ia dulunya telah terbiasa hidup mandiri.

Ibuku sering menceritakan pengalamannya saat masih kecil dulu kepada kami. Dan setelah bercerita, pasti selalu ada nasehat yang ia lontarkan kepada kami, semata-mata hanya agar semangat kami untuk mencari bekal sebanyak mungkin demi kehidupan kami ke depannya tidak menyusut apalagi padam.

“Ibu tidak pernah merasakan bagaimana repotnya kita saat sekolah di masa-masa remaja. Mungkin Ibu ini adalah orang paling bodoh di dunia. Tapi ingat! Kalian kalian harus merasa senang telah mendapat kesempatan yang tidak Ibu dapatkan. Dan biarlah Ibu menjadi orang paling bodoh. Asalkan anak-anak Ibu menjadi orang-orang terpintar di dunia. . .”

Ibuku mengucapkannya dengan ekspresif dan penuh penekanan. Dan tidak jarang ia berkaca-kaca.

***


Aku mengingat nasehatnya.

“Ibu tidak. . . terpintar di dunia. Ada apa Ridwan? Kenapa senyum begitu?”

“Tidak apa-apa..”

Ibuku dan Jibral keheranan.

“Ayo Kak, cepat!”, teriak Jibral mengejutkan.

“Berangkat dulu Bu, assalamu’alaikum..”

“Wa’alaikumussalam..”

“Kak!! Tungguu!”


Masjid kami ini adalah masjid yang memang dibangun oleh inisiatif kelompok masyarakat Gerung Butun Timur. Masjid yang tidak pernah sepi dan selalu tampak megah. Hal itu dikarenakan kami, kelompok remaja masjid Al-Muqorrobin pasti mengadakan kegiatan bersih-bersih masjid setiap Hari Ahad.

Hari ini adalah hari di mana hormon dan enzim akan terproduksi secara tidak beraturan dikarenakan situasi dan kondisi yang memaksa setiap pelakunya berharap situasi itu cepat berakhir. Hari ini, organisasi pelaksana Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Muqorrobin menetapkan bahwa agendanya adalah menyetorkan hafalan Qur’an.


Seusai sholat ashar, kami membuat syaf-syaf yang terbagi menjadi dua, laki-laki dan perempuan.

“Geman! Ayo!”, perintah Ustaz Nas.

“Nah loh Geman! Naah Man!”, Rizki menggoda, karena ia sendiri tau kalau setelah Geman adalah gilirannya.

Aku merasa Rizki sedang tegang, dan dia berusaha membuat orang lain tegang juga.

Suara Geman lantang dan lembut. Setiap tekanan Tajwid-nya menggetarkan ulu hatiku. Dan keadaan inilah yang tidak sanggup aku hilangkan seperti rasa panas dan bau kotoran itu.

Rizki melewatinya dengan lancar, walaupun ia tegang.

“Ridwan!”

Hatiku refleks memompa enzim yang membuat gigi dan gusiku gatal. Tapi aku berhasil melewatinya dengan baik dan benar.

Banyak yang melewatinya dengan lancar. Kini saatnya giliran Jibral.

“Jibral. Teruskan..”, kataku ke dia.

Ia tersenyum. Dia melewatinya dengan lancer, walau suaranya terdengar bergetar. Wajahnya tegang.

“Jibral. Bagus.. hebat”, kataku.

Seketika wajahnya berseri dan ia terlihat bersemangat untuk menghafal lagi. Setelah beberapa lama, suara gemuruh bergema di dalam masjid. Suasana mulai gelap.

“Dan, nyalakan lampu”, suruh Ustaz Nas ke Dani.

“Klek!”, suara saklar bersamaan dengan munculnya kilat yang menyilaukan.

“Cet! Cet! Cettarrrr!!”

“Aaaii!!”

“Waa!!”

“Heh!”

“. . .”


Hampir semua orang di masjid terkejut. Dari marbot hingga Ustaz Nas sendiri terangkat bahunya. Kecuali aku. Sesaat waktu kilat menyilaukan itu muncul, aku mencoba mematikan koklea-ku sementara. Sehngga telingaku tuli sementara. Setelah aku melihat bermacam reaksi orang-orang itu, pendengaranku kembali pulih.


Masjid seketika tumpah ruah. Hiruk pikuk tidak jelas.

“Astaga! Jibral, Kambing!”

“Waduh! Iya Kak!”

“Jibral tunggu di sini. Kakak saja yang pulang”

“Cepat Kak!”

Setelah ditutup oleh Ustaz Nas, aku langsung meluncur, menerobos miliaran tetes dari produk awan yang telah mengondensasi.

“Cettarr!!”

“Cetterrr!!”


Petir menyambar tidak jauh dari dari desaku. Hujan semakin lebat.Aku melalui sawah supaya lebih cepat, takut kalau terlalu lama kambingku sakit karena kedinginan.

Aku berlari, melompat, berlari dan melompati parit-parit sawah. Ibuku yang sedang di rumah, mengira kambing itu sudah dimasukkan ke kandang. Aku berlari sambil menutup semua urat saraf reseptor rangsangku agar tidak terasa dingin terkena air dan tidak sakit berpijak di rumput-rumput yang tajam. Tanpa rasa lelah, aku menambah kecepatan.


“Mudah-mudahan anak kambing itu kuat..”, harapku.

Tiba-tiba. . .

“Ssepp!!”

Kilat mengenai punggungku..

“. . .”

Aku berada di tempat yang terang. Dan langsung paham situasinya. Di tempat ini, aku merenung…


“Ibu.. aku tau kalau Ibu meletakkan harapan besar padaku. Harapan yang telah Ibu tekadkan, tanamkan, sejak lama, sejak aku belum menyentuh rahimmu”

“Apakah ini akhir dari perjuanganku? Dan perjuangan keluargaku yang tanpa lelah mengajar, mendidik, membentuk, dan menjagaku? Mungkinkah perjuanganku sejak sekolah dasar hingga bisa menyentuhkan kaki di Universitas Negeri yang bahkan ibuku tidak mendapat kesempatan ini sia-sia?”

“Tidak!”

Aku membuka mata. Hujan masih deras. Baju belakangku bolong. Aku bergegas menuju rumah. Anak kambingku terdiam karena kedinginan. Aku menyentuhnya.

“Mbeeek!”

Dia terkejut. Bulu-bulunya berdiri. Aku langsung mengerti. Dan mulai saat itu, aku bisa mengeluarkan listrik dari seluruh bagian tubuh yang aku inginkan.


(Juara 1 Lomba Menulis Cerpen dalam Rangka Dies Natalis LPM Pena Kampus Ke-24)

2 komentar:

  1. Halo semuanya

    Nama saya FRADESY RIRITIA, saya dari Indonesia, saya ingin menggunakan media ini untuk memberitahu Anda semua yang sebenarnya, semua orang yang Anda lihat posting mereka di blog dan situs web ini adalah pencuri (PENCURI), saya telah menjadi korban cerita mereka dan mereka telah menghancurkan hidupku.
    Saya di sini bukan untuk bercerita tentang bagaimana saya ditipu dan bagaimana saya kehilangan banyak uang karena mereka.

    Saya di sini untuk memberitahu Anda PERUSAHAAN PINJAMAN yang benar dan satu-satunya yang dikirim ALLAH untuk mengubah hidup saya, mereka SEMUA PINJAMAN HIBAH GLOBAL, mereka adalah satu-satunya perusahaan pinjaman asli yang diakui dan didanai oleh BANK DUNIA.

    Mereka adalah satu-satunya perusahaan pinjaman asli, mereka memiliki syarat dan ketentuan pinjaman yang cukup besar, untuk memahkotai semua pinjaman mereka terjangkau dan cepat dicairkan tidak seperti perusahaan palsu lain yang Anda lihat di sini secara online yang akan mengambil uang Anda tanpa mencairkan pinjaman Anda,
    Tolong jangan tertipu oleh penguji yang memiliki nomor indonesia dan whatsapp, mereka semua scammer, bagaimana bisa perusahaan perseorangan memberikan pinjaman ?, itu pertanyaan pertamamu orang-orangku.

    Rekan-rekan saya di Asia, saya mohon Anda untuk mendengarkan saya karena saya bersumpah kepada Anda dalam nama Allah, bahwa saya mengatakan kepada Anda semua yang sebenarnya, PINJAMAN HIBAH SEMUA GLOBAL, perusahaan adalah satu-satunya perusahaan yang dapat diandalkan dan mereka akan memastikan Anda menerima pinjaman Anda setelah Anda menyelesaikan proses pinjaman sesuai kebutuhan.
    Mengapa Anda tidak berada di antara kabar baik ini dengan menghubungi mereka segera jika Anda SANGAT TERTARIK untuk meninggalkan perjuangan finansial Anda dan untuk meningkatkan taraf hidup Anda, berikut adalah EMAIL mereka allglobalgrantloan@gmail.com.

    Anda sangat bebas untuk menghubungi saya di email saya fradesyriritia12@gmail.com untuk informasi lebih lanjut, saya akan senang mendengar Anda berbagi cerita kebahagiaan Anda sendiri.
    Terima kasih semua, dan semoga ALLAH memberkati SEMUA PINJAMAN HIBAH GLOBAL karena telah memberikan saya kegembiraan baru ini.

    NAMA Perusahaan: SEMUA PINJAMAN HIBAH GLOBAL EMAIL Perusahaan: allglobalgrantloan@gmail.com. Whatsapp Perusahaan: +1 (301) 971-4445 Email Saya: fradesyriritia12@gmail.com

    BalasHapus
  2. Saya tidak bisa menangkap pesan yang ada di dalamnya. Huh, apa saya terlalu bodoh atau orang yang membuat cerpen ini terlalu berwawasan tinggi untuk dipahami?

    BalasHapus