Mataram, Pena Kampus – Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram) dihadapkan dengan Protes dari Mahasiswa terkait Pengisian Kuisioner Evaluasi yang tidak Sesuai dengan Realita. (17/5/24)
Baru-baru ini, Prodi PBSI melakukan evaluasi kepuasan mahasiswa terhadap kinerja Prodi. Namun hal ini menimbulkan pertanyaan terkait instruksi dari dosen yang meminta mahasiswa untuk mengisi kuesioner evaluasi dengan arahan dosen, hal ini menimbulkan protes dari beberapa mahasiswa yang diinstruksikan.
Rosi Faradhila, salah satu mahasiswa yang memprotes hal ini, mengatakan bahwa instruksi yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. “ Kita disuruh buat ngisi yang baiknya saja kemarin, udah ndak sesuai dengan apa yang kita dapetin di sini”. Ungkap Rosi. (06/05)
Ia juga menyayangkan jika hal ini menjadi acuan untuk menaikkan akreditasi, menurutnya, jika Prodi mendapatkan akreditasi yang unggul harusnya mahasiswa juga mendapatkan pelayanan yang sepadan juga. “ itu kalau untuk akreditasi, kenapa kita disuruh manipulasi data.” Tutupnya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mukarom salah satu mahasiswa PBSI juga mengatakan, jika pengisian evaluasi tersebut tidak dilakukan secara objektif, nantinya akan menimbulkan ketidakselarasan akreditasi dengan kenyataan yang ada di lapangan. "Percuma nanti akreditasinya A tapi di dalamnya malah C, kan aneh." Ujarnya.
Kebutuhan Akreditasi
Siti Rohana Hariana, selaku Ketua akreditasi Prodi PBSI, menjelaskan, adanya pengisian kusioner evaluasi tersebut dilakukan untuk keperluan peningkatan akreditasi Prodi yang dicanangkan oleh pihak rektorat.
“Kami diminta oleh pihak rektorat untuk secara serentak semua Prodi yang ada di unram ini untuk melakukan percepatan akreditasi.” Ujarnya. (8/5)
Perihal itu, Saharudin selaku Ketua Prodi PBSI juga memberikan keterangannya, ia mengatakan, idealnya evaluasi pembelajaran itu dilakukan secara rutin seusai Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Sedangkan selama ini hal tersebut belum sepenuhnya dilakukan, “mahasiswa hanya melakukan melalui sistem informasi akademik (SIA) pada saat mengisi KRS tapi instrumen yang diisi di sia itu tidak match dengan tuntutan yang ada di borang akreditasi.” Jelasnya. (13/5)
Ketidaksinambungan poin instrumen tersebut kemudian menyebabkan pihak Prodi harus melakukan kembali evaluasi kepuasaan mahasiswa. “Kita buat instrument yang sesuai dengan kebutuhan akreditasi, karena ini sifatnya mendadak akhirnya, istilahnya harus agak kita arahkan, tidak sesuai dengan perkataan jujur dari mahasiswa dalam menilai dosen dan sebagainya.” Tambahnya. (Shl, Ido)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar