(Sumber: Gramedia)
Judul : Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Penulis : Dian Purnomo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 228 halaman
Tahun terbit : 2023
Novel ini mengisahkan Shalom Mawira, seorang Perempuan dari pulau terpencil di Indonesia yaitu pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Ia kehilangan ayahnya yang tidak pernah kembali dari melaut. Bertahun-tahun yang lalu, Shalom tetap setia menunggu kepulangan sang ayah, ia merawat lorong-lorong di Sangihe agar ayahnya dapat menemukan jalan pulang.
Namun, penantian itu perlahan berubah menjadi perlawanan saat kampung halamannya hendak dirampas oleh sebuah perusahaan asing. Keteguhan hati untuk menunggu, menjelma menjadi menjadi keberanian untuk melindungi tanah kelahirannya.
Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut adalah sebuah karya sastra yang menceritakan secara lantang tentang perjuangan, keberanian, dan cinta terhadap tanah air. Shalom Mawira dan perempuan lainnya melawan bukan dengan senjata, tetapi melalui keteguhan hati. Shalom adalah cerminan dari banyak perempuan yang memilih berdiri, ketika alam mereka terancam oleh tambang, uang dan keserakahan. Di pulau Sangihe laut bukan sekadar tentang biru tapi juga ruang hidup untuk masyarakat Sangihe.
Dian Purnomo tidak hanya menulis kisah, ia menghidupkan suara-suara yang kerap tak terdengar, suara perempuan adat dan suara warga di pulau kecil. Ditulis dengan narasi yang puitis dan diselingi foto dokumenter, menghidupkan perjuangan masyarakat Sangihe di hadapan pembaca. Novel ini memungkinkan batas antara fiksi dan realita, karena perjuangan masyarakat Sangihe bukan cerita karangan, tapi kenyataan hari ini.
Novel ini berisi makna yang mendalam dan pesan-pesan penting, tentang bagaimana kekayaan alam bisa menjadi kutukan jika dikuasi tanpa hati, dan bagaimana Perempuan bisa menjadi tiang utama dalam perjuangan kolektif. Meski alurnya cenderung lambat dan kontemplatif, setiap halamannya mengahdirkan makna yang mendalam. Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut bukan sekadar bacaan, tapi suara bagi mereka yang kerap dibungkam, dan nyala bagi mereka yang masih bertahan.
Oleh: Nopi Dian Julianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar