Mataram, Pena Kampus– Badan Eksekutif (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram) Tahun 2025 terlihat kurang aktif. Sembilan bulan berjalan, namun kepengurusan mencerminkan kontribusi dan dampak yang masih minim dari sisi internal ataupun eksternal. Imbasnya, mahasiswa dan ormawa melontarkan kritikan hingga mempertanyakan arah gerak BEM FKIP. (01/10/25)
Hasbullah selaku ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS Bastrindo) mengeluhkan terkait kinerja BEM FKIP secara umum, Ia menilai bahwa BEM FKIP masih kurang merangkul organisasi mahasiswa (Ormawa) lain. Hal ini terlihat dari kurangnya kehadiran pengurus BEM FKIP dalam pertemuan antar-Ormawa. Pertemuan tersebut hanya dihadiri oleh ketua dan beberapa anggota BEM FKIP saja. Akibatnya, koordinasi dan komunikasi antarorganisasi menjadi lemah.
Hasbullah juga mengkritisi program kerja BEM FKIP yang dinilai belum memberikan manfaat nyata bagi mahasiswa. Ia menyebutkan salah satu kegiatan yang tidak berjalan dengan baik adalah kegiatan Ormawa Festival yang tahun ini dinilai berantakan. Ia menjelaskan terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara konsep awal dan di hari pelaksanaan. “Konsep acara yang dibuat amburadul dan tidak jelas, ketika parade bandera oleh para ketua Ormawa apa yang digeladikan berbeda dengan pelaksanaan hari H. Tidak sesuai dengan konsep yang telah disepakati saat gladi.” Jelasnya pada saat ditemui oleh tim Pena Kampus.
Sebagai bentuk masukan konstruktif, ia menyarankan agar Ketua BEM FKIP lebih memperhatikan dan merangkul anggota maupun Badan Pengurus Harian (BPH) yang selama ini terpantau kurang aktif atau bahkan kurang terlibat dalam kegiatan organisasi. Menurutnya, dengan pendekatan yang lebih inklusif dan komunikatif BEM FKIP dapat membangun solidaritas internal yang lebih kuat dan menciptakan lingkungan kerja organisasi yang lebih produktif serta harmonis. “Saya sarankan ke BEM FKIP agar lebih komunikatif lah pada ormawa dan BPH nya, biar bisa lebih kuat dan harmonis lagi”. Tutup Hasbullah.
Di samping itu, Yossama Abduh selaku ketua UKM Musik turut memberi tanggapan terkait kondisi internal BEM FKIP yang kurang maksimal dalam hal koordinasi dan komunikasi. Hilangnya peran sekjen juga ikut memengaruhi kondisi internal BEM. Beberapa program kerja dinilai kehilangan eksistensi hingga kurang bermanfaat.
Lebih lanjut, Yossama menyoroti penyelenggaraan Ormawa Festival yang dinilai kurang maksimal dalam persiapan acara. Ia menyoroti panitia yang kurang siap dalam hal-hal teknis sebelum acara dimulai. Yosamma berharap agar ketua BEM dapat merangkul anggotanya, dan menambah solidaritas terhadap ormawa lain.
Salah satu mahasiswa FKIP yang tidak ingin disebutkan identitasnya menyampaikan bahwa kinerja BEM FKIP pada tahun ini terkesan cukup pasif. Ia menilai program kerja yang dijalankan kurang terlihat, kualitas kegiatan serta upaya pemberdayaan mahasiswa juga dinilai minim. Selain itu, Ia menyoroti adanya perombakan dalam kepengurusan Badan Pengurus Harian, yang menurutnya mencerminkan adanya permasalahan internal di tubuh BEM FKIP tahun ini. “Saya rasa BEM FKIP ini sekarang masih sangat belum kondusif, kelihatan dari bongkar pasang kabinetnya”. Ujar mahasiswa tersebut.
Di sisi lain, Fathurrahman selaku ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) berpendapat bahwa BEM FKIP sebagai organisasi yang seharusnya bersikap kritis dan peka terhadap persoalan mahasiswa, kini dinilai kehilangan perannya. Fathur mengatakan bahwa BEM FKIP tidak menunjukkan peningkatan kinerja yang berarti serta kurang mampu membangun hubungan harmonis dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) maupun organisasi mahasiswa (Ormawa) lain. Ia juga mengkritisi kondisi internal BEM FKIP yang terkesan hanya digerakkan oleh ketua, sementara bagian lain dalam struktur organisasi belum mampu menjalankan tugasnya secara maksimal. “Iya, dari segi mengakomodir dan menyikapi isu kampus, BEM FKIP ini belum maksimal. Sama internalnya juga seperti ketuanya saja yang bergerak, ndak tau ini BPH nya gimana”. Terangnya
Menyikapi beragam penilaian dari mahasiswa dan UKM. Wahyu Agusfian selaku Ketua BEM FKIP Unram mengakui dan menyadari akan kekurangan tersebut. Ia menegaskan komitmennya untuk memperbaiki kinerja, memperkuat kolaborasi, dan meningkatkan transparansi selama sisa masa kepengurusan. “Kami sadar kebermanfaatan BEM FKIP belum sepenuhnya dirasakan mahasiswa. Ini yang sedang kami dorong. Kami tidak menutup mata, justru kritik itu menjadi kobaran api untuk mengarahkan BEM supaya lebih baik,” ujar Wahyu.
Hingga pertengahan periode, BEM FKIP telah merealisasikan empat dari delapan program kerja yang direncanakan, diantaranya yaitu Hari Pendidikan Nasional, Kartini Day, Ormawa Festival, dan FKIP Mengabdi. Wahyu menegaskan bahwa program kerja berikutnya akan diupayakan terealisasi hingga akhir kepengurusan. “Kami upayakan komitmen untuk melaksanakan semua program yang sudah kami rancang”. Tutupnya.
Di sisa setengah periode kepengurusan, BEM FKIP 2025 berharap dapat membuktikan eksistensi dan menghadirkan program kerja yang benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh mahasiswa FKIP, bukan hanya satu dua prodi. (war, ki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar