Mataram, Pena Kampus – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Bastrindo) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram menggelar kuliah umum bertema “Pemahaman Peserta Didik Berdiferensiasi dan Strategi Mengatasi Gangguan Belajar dan Perundungan” di Aula Gedung A FKIP Unram, Rabu (1/10/25).
Meski mendapat apresiasi, sebagian mahasiswa menganalisis alasan kegiatan ini baru diadakan di tengah pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP). Aulia, mahasiswa semester 7 mengatakan kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan sebelum kegiatan PLP. “Kalau bisa, seharusnya diadakan sebelum PLP, biar jadi bekal lebih awal.” Ujarnya
Meski begitu, Ia menilai materi kuliah umum ini relevan dengan kenyataan di sekolah. Karena menurutnya banyak siswa yang mengikuti PLP belum paham mengenai disleksia atau kesulitan belajar yang dialami siswa. ”Banyak teman-teman yang belum tahu tentang disleksia atau kesulitan belajar lainnya. Materi bullying juga penting untuk kita hadapi di sekolah.” katanya.
Senada dengan Aulia, mahasiswa semester 9, mengaku mendapat manfaat besar dari kuliah umum. Iz menjelaskan kasus yang dibahas dalam kuliah umum ini banyak terjadi di sekolah.
“Kasus-kasus yang dibahas banyak kami temui di sekolah. Jadi memang sangat membantu.
Iz mengungkapkan bahwa meskipun kegiatan ini dilaksanakan pada hari kerja sehingga membuatnya merasa serba salah antara mengikuti acara atau meninggalkan kelas di sekolah, ia tetap menganggap kegiatan ini relevan karena memberikan pengalaman berharga dalam dunia mengajar. “Hanya saja karena acaranya di hari kerja, sempat membuat kami merasa serba salah meninggalkan kelas di sekolah. Tapi menurut saya tetap relevan karena kami baru mulai masuk ke dunia mengajar,” jelasnya.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Saharuddin, menegaskan bahwa kegiatan ini memang dirancang untuk mahasiswa PLP. Namun, ia mengakui kuliah umum tidak dapat diagendakan lebih awal karena padatnya kegiatan akademik serta sulitnya menyesuaikan waktu narasumber.
"Awalnya ingin dilaksanakan sejak awal Agustus, tapi jadwal narasumber padat sekali. Mencari waktu yang pas itu tidak mudah. Narasumber kami spesialis, bahkan penemu alat tes disleksia, jadi butuh penyesuaian waktu," jelasnya Saharudin.
Meski digelar di tengah PLP, kuliah umum ini tetap berlangsung dengan antusiasme tinggi. Para siswa mengikuti sesi materi, diskusi, hingga tanya jawab.
Pihak program studi berharap kuliah umum ini bisa menjadi penguatan siswa dalam menghadapi beragam kasus di sekolah, mulai dari gangguan belajar hingga perundungan. Sementara mahasiswa berharap ke depan kegiatan serupa bisa diadakan lebih awal agar benar-benar menjadi bekal sebelum mereka terjun ke PLP. (Lin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar