UP-PPL Kembali Gandeng Sekolah Swasta Jadi Pilot Project Lesson Study - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 17 September 2018

UP-PPL Kembali Gandeng Sekolah Swasta Jadi Pilot Project Lesson Study



Dadi Setiadi, Ketua UP-PPL FKIP Unram

 Mataram, Pena Kampus–Bertempat di kebun biologi FKIP Unram, dilakukan pengarahan khusus mengenai lesson study dari Ketua Unit Pelaksana-Praktek Pengalaman Lapangan (UP-PPL), Dadi Setiadi. Acara yang berlangsung pada Rabu (12/9) pukul 11.00 WITA tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan mahasiswa yang akan melaksanakan PPL di beberapa sekolah yang menjadi pilot project  untuk lessson study.
Gandeng Sekolah Swasta
Tepatnya pada semester genap tahun lalu, pendekatan lesson study mulai diterapkan di sekolah swasta. Dadi menyatakan bahwa kerjasama tersebut dilaksanakan dengan melihat beberapa pertimbangan. “Salah satunya kemampuan mengajar,” ujar Dadi saat diwawancarai tim Pena Kampus usai acara. Dosen Biologi tersebut juga mengaku bahwa berdasarkan hasil kajian UP-PPL sebelumnya, penerapan lesson study sangat efektif bagi guru pemula. Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah kondisi kelas dari sekolah yang dijadikan pilot project.

Pembekalan Lesson Study oleh ketua UP-PPL di kebun Biologi

Sekolah yang digandeng UP-PPL sebagai pilot project lesson study pada semester ini seluruhnya merupakan lima sekolah swasta yang tersebar di wilayah Mataram dan Lombok Barat. Lima sekolah tersebut yaitu SMA NW Mataram, SMA NW Narmada, SMA Hangtuah 3 Mataram, SMA Trisakti Mataram, SMA Muhammadiyah Mataram. Setiap prodi di lima sekolah tersebut mengirimkan tiga mahasiswa untuk melakukan kegiatan PPL dengan pendekatan lesson study.
Konsep Lesson Study
Lesson study sebenarnya diprakarsai oleh para guru pendidikan dasar di Jepang. Makoto Yoshida adalah yang dianggap paling berjasa dalam mengembangkan konsep ini. Lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Dibutuhkan paling tidak tiga orang guru untuk dapat melaksanakan konsep ini. Seorang sebagai guru model, dan dua lainnya menjadi observer.
Lesson study atau yang dalam bahasa jepang disebut kenkyuu jugyo dianggap berhasil dalam memperbaiki kualitas belajar mengajar di kelas. Konsep ini pun kemudian banyak diikuti oleh negara-negara lainnya termasuk Indonesia setelah Jepang dianggap berhasil dalam mengembangkannya.
Kurangnya Informasi
Novaldi Nur Firdaus, salah satu mahasiswa PPL pada semester ini yang ditempatkan di SMA Hangtuah 3 Mataram mengungkapkan kekecewaannya terhadap UP-PPL. Penerapan lesson study yang hanya dilakukan di sekolah swasta baginya cukup diskriminatif. “Saya merasa diremehkan,” ujar mahasiswa pendidikan kimia itu. Pernyataan tersebut diungkapkannya sebab merasa kemampuannya dalam mengelola kelas secara mandiri diragukan.
Novaldi mengatakan bahwa sejak mata kuliah microteaching, dirinya pun tidak mengetahui informasi bahwa pendekatan lesson study digunakan di sekolah swasta setahun belakangan. Informasi tersebut bahkan baru Ia ketahui ketika pengarahan khusus bagi mahasiswa PPL di lima sekolah tersebut. “Kalau dari awal dikasi tau kan bisa lebih bersiap,” terang Noval. Dirinya pun mengaku tidak tahu menahu mengenai konsep lesson study.
Berbeda dengan yang dikatakan Novaldi, salah seorang mahasiswa PPL pada semester lalu, Ahmad Viqi Wahyu Rizki menyetujui langkah UP-PPL untuk menerapkan lesson study di sekolah swasta. Hal tersebut menurutnya sudah tepat sebab siswa tidak memiliki alasan untuk dapat bermain di dalam kelas.  “Setuju, karena sekolah yang di lesson study pasti kekurangan guru dan banyak masalah,” ungkap Viqi. Ia pun tidak menafikan bahwa sekolah swasta sangat berbeda dengan sekolah negeri. “Tempat saya dulu cuma satu gurunya yang negeri yaitu kepsek, jadi kesusahan dalam membangun penerapan pembelajaran yang efektif,” jelas mahasiswa PPKn itu.
Belum Kondusif Usai Gempa
Terkait dengan pngarahan khusus lesson study yang sangat dekat dengan waktu pelepasan mahasiswa PPL, Dadi mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan kondisi kampus yang belum kondusif usai musibah gempa yang melanda pulau ini. Pada tahun sebelumnya, mahasiswa yang ditempatkan di sekolah swasta biasanya akan diberikan pengarahan khusus untuk lesson study tidak lama setelah pembekalan. “Tapi sekarang kondisi ndak ada tempat, gimana gitu kan!” jelasnya.
Kampus FKIP Unram memang mengalami kerusakan yang cukup parah usai gempa yang melanda Lombok dan sekitarnya beberapa waktu lalu. Tidak hanya itu, pelepasan mahasiswa PPL yang biasanya dilaksanakan di dalam gedung pun akhirnya terpaksa diadakan di area lapangan voli FKIP.
Dadi juga menambahkan bahwa penerapan lesson study di lima sekolah tersebut akan sangat dikontrol. “Ada kecenderungan berhasil, maka kami lebih efisienkan. Dalam konteks pelaksanaan, kami kontrol betul,” tegasnya.
Diganti Menjadi PLP
Pada pembekalan mahasiswa PPL yang dilakukan awal Agustus lalu, Ketua UP-PPL sempat menyinggung perihal program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang akan menjadi pengganti dari mata kuliah PPL. Sebelumnya, Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2017 telah mengatur bahwa Standar Pendidikan Guru meliputi Program Sarjana Pendidikan dan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Untuk dapat menjadi seorang guru profesional tidak cukup dengan menempuh program sarjana pendidikan dan mendapat gelas S.Pd., namun harus pula menempuh program PPG.
Ditemui seusai pengarahan khusus lesson study pada Rabu (12/9) lalu, Dadi mengatakan bahwa penerapan PLP di setiap Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia telah diputuskan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). “Minimal lima tahun setelah terbitnya peraturan itu,” jelasnya.
Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa PLP merupakan proses pengamatan/observasi dan pemagangan untuk mahasiswa sarjana pendidikan sedangkan PPL merupakan kegiatan mahasiswa peserta program PPG untuk mempraktikkan kemampuannya dalam pembelajaran di sekolah mitra. “PPL dipakai untuk mahasiswa PPG,” ujar Dadi kepada Tim Pena Kampus.
Dalam panduan program PLP yang diterbitkan Kemenristekdikti pada 2017 lalu, disebutkan bahwa PLP akan dilakukan dengan dua tahap. PLP-1 dilaksanakan pada semester ketiga atau keempat. Intinya, PLP-1 mahasiswa melakukan observasi, analisis dan penghayatan langsung terhadap kegiatan terkait dengan kultur sekolah, manajemen sekolah, dan dinamika sekolah sebagai lembaga pengembang pendidikan dan pembelajaran. Namun pada PLP-2 yang dilaksanakan pada semester enam atau tujuh, mahasiswa akan belajar untuk melaksanakan tugas guru sebagai akademik maupun  administrasi. (tin,ida,jik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar