Mataram, Pena Kampus – Universitas Mataram (Unram) akan
memberlakukan pintu elektronik dan sistem satu arah lalu lintas keluar masuk
kampus. Skema ini dinilai
dapat mencegah kemacetan dan menstabilkan keamanan kampus. Uji coba tersebut
mulai diterapkan senin (17/06). Walalupun banyak mahasiswa mengeluh.
Upaya
pemberlakuan sistem satu arah atau one way dan pintu elektronik keluar
masuk kampus yang dicoba saat ini, nampaknya akan segera diwujudkan oleh pihak
kampus Universitas Mataram (Unram). Simulasi sistem satu arah atau one way dan pintu elektronik tersebut
berlaku setelah dikeluarkannya informasi dan surat edaran Nomor
4341/UN18/SE/2019 tentang pemberlakuan pintu masuk elektronik, simulasi sistem
satu arah lalu lintas tersebut sudah mulai sejak senin (17/06).
Ketentuan pemberlakuan akses
keluar masuk kawasan kampus Unram saat ini sudah ditentukan sesuai dengan
keputusan bersama dari pihak kampus. Akses jalur keluar masuk nantinya akan
menggunakan Jl. Majapahit, Kekalik Mataram, yang menggunakan
dua gerbang khusus jalur masuk dan satu khusus pintu keluar. Pintu masuk
elektronik jembatan sebelah Barat khusus untuk kendaran roda dua, sedangkan pintu masuk jembatan sebelah
Timur akan digunakan
khusus kendaran roda empat. Pintu keluar gerbang depan gedung Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) digunakan sebagai jalur keluar kendaraan roda empat
dan roda dua.
Adapun akses jalur keluar masuk
juga akan menggunakan Jl.
Pemuda, Gomong Mataram. Gerbang samping masjid Babul Hikmah Unram, akan
digunakan sebagai akses jalur keluar khusus roda empat. Sedangkan gerbang Pusat
Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unram akan digunakan sebagai jalur khusus roda dua dan
satu akses jalur masuk melalui Jl. Prasarana, Gomong Mataram, yaitu melaui
gerbang utara Fakultas Pertanian (FP) sebelah Timur lapangan atletik.
Menurut Wahid, selaku Kasubag Tata Usaha dan Rumah Tangga Unram mengatakan, kendalanya sudah dapat dilihat di jalan masuk depan
rektorat ketika sepeda motor dari arah Timur dan Barat berpapasan sehingga membuat
kemacetan. Sedangkan sosialisasi mulai dilakukan pada 24 Juni yang lalu
sampai 14 Juli, dan akan berlaku efektif pada 15 Juli sambil menunggu fasilitas
seperti rambu-rambu dan lain sebagainya selesai dikerjakan.
Wahid, Kasubag Tata Usaha dan Rumah Tangga Unram |
Wahid juga mengatakan, akan membagikan
kartu elektronik untuk mahasiswa, dosen,
dan semua pegawai. Untuk masyarakat umum diperbolehkan masuk apabila
menggunakan pakaian sopan. Ia juga menegaskan, setelah berjalannya pintu masuk
portal tersebut, dari pihak kampus akan memikirkan lagi ke depannya seperti
apa. Sedangkan kartu elektronik yang dibagikan ke mahasiswa akan dikembalikan
lagi setelah pelaksanaan yudisium. “Untuk kartu yang sudah dibagikan tersebut akan
dikembalikan ketika yudisium, untuk diserahkan kepada adik tingkat,” pungkasnya.
Salah
satu satpam pengawas lalu lintas Unram, Zulkarnaen
siap untuk membantu menyukseskan program sistem satu arah jalan keluar masuk
tersebut, tidak lain karena itu juga tugasnya sebagai seorang satpam.
Zulkarnaen mengungkapkan bahwa, program sistem satu arah tersebut sangat bagus.
“Satu jalan keluar dan satu jalan masuk, jadi keamanaan kampus bisa terjamin,”
jelasnya.
Akan
tetapi, penerapan satu arah jalan keluar masuk ini mendapat banyak respons dari
mahasiswa. Salah satunya Faryh, mahasiswi dari Fakultas Teknologi Pangan (Fatepa).
Ia berpendapat sistem satu arah tersebut bagus untuk diterapkan, apalagi ketika
wisuda. Dengan adanya sistem satu arah tersebut, jalan keluar-masuk kendaraan
tidak hanya di dua titik saja. Namun dia mengeluhkan ketika hari libur dan ada
kegiatan organisasi, jalan yang dibuka hanya di gerbang utama sebelah Barat dan
gerbang dekat Babul Hikmah. Jadi, mahasiswa yang datang dari Gomong harus putar
arah karena jalan masuk dan keluar yang dibuka hanya di masing-masing satu
titik saja.
Berbeda
dengan Kurnia Baiti Rahma, mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, semester dua, mengatakan
sistem satu arah jalan keluar masuk tersebut kurang efektif. Ia lebih setuju
dengan peraturan jalan seperti semula (sebelum adanya sistem satu arah). Ia mengatakan,
dulu pernah juga diterapkan sistem karcis, akan tetapi tetap saja kurang
efektif. “Kalaupun Unram menghindari kemalingaan, seharusnya keamanannya
diperketat, bukan jalannya yang diperbarui tetapi keamanan di dalam wilayah
kampus masih kurang,” ungkapnya.
Keluhan
lainnya disampaikan oleh Hatika Oktapiana Dewi, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik (Fisipol). Ia benar-benar lelah dengan adanya sistem satu arah ini. Ia
membandingkan, sebelum berlakunya sistem satu arah tersebut, ia dengan mudahnya untuk
menuju ke Fakultasnya. Tetapi semenjak adanya sistem satu arah ini, ia sangat
kesulitan karena harus putar arah, mulai dari melewati Fatepa dan
fakultas-falutas lain sesudahnya untuk sampai ke Fakultasnya. “Dulu sebelum
adanya pemberlakuan sistem satu arah ini kita mahasiswa Fisipol tinggal belok
kiri langsung tiba di Fakultas. Tetapi setelah adanya sistem satu arah ini kami
kesulitan, karena harus mutar Unram
dulu baru sampai ke Fisipol,” keluhnya. (did/buk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar