Jendela Sains : Fenomena Ledakan di Lebanon - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Minggu, 09 Agustus 2020

Jendela Sains : Fenomena Ledakan di Lebanon

Sumber poto: http://www.pinterest.com

Oleh: Yunisa Riza 
(Anggota Pena Kampus)

Belum usai COVID-19, awan jamur meluluhlantahkan Kota Beirut, Lebanon. Jenis apakah awan jamur ini serta dapatkah dikatakan sebuah bencana?

Ledakan pastilah erat hubungannya dengan bom, siapa sangka jika pupuk pertanian pun bisa menciptakan ledakan besar yang meluluhlantahkan sebuah kota. Dikutip dari berita Kompas.com, Selasa, 3 Agustus 2020, terjadi ledakan besar yang berasal dari sebuah gudang penyimpanan pupuk di kota Beirut, Lebanon. Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang ditimbun selama enam tahun ini menjadi penyebab utama ledakan yang sejauh ini melukai 5.000 orang serta menewaskan 135 orang.

Ledakan yang terjadi di Lebanon adalah kejadian berulang yang pernah dialami warga Texas. Dikutip dari media Kompas.com, pada 16 April 1947, sebuah kapal Prancis bernama SS Grandcamp, berlabuh di Texas, Amerika Serikat. Kapal ini menjadi sumber ledakan dahsyat yang menewaskan 581 orang dan melukai 3.500 orang. Pasalnya, kapal ini mengangkut 2.300 ton amonium nitrat. Sebelum ledakan muncul sempat adanya usaha dari pekerja untuk memadamkan api yang memenuhi palka. Akan tetapi, usaha tersebut berujung sia-sia. 

Bercermin dari dua peristiwa ini, penulis menarik garis besar alasan dibalik ledakan akibat pupuk pertanian ini. Pertama, keteledoran pekerja dalam proses pemindahan atau penyimpanan. Pentingnya sebuah industri untuk mengedukasi pekerja terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3). Meskipun amonium nitrat ini tidak termasuk dalam senyawa B3, sifatnya yang reaktif dapat menjadi tolak-ukur pentingnya menjaga prosedur keamanan dalam barang hasil produksi. Kedua, tempat atau lokasi penyimpanan amonium nitrat. Jika kita melihat peristiwa ledakan yang terjadi di Texas, lokasinya berada di daerah pelabuhan. Sedangkan, peristiwa di kota Beirut, lokasi pembangunan gedung berada dekat dengan pelabuhan. 

Kaca Mata Sains
Mengutip dosen Unram dalam buku Kimia Anorganik I, amonium nitrat dapat dibuat dengan mereaksikan senyawa amoniak dan asam nitrat. Dalam kegunaannya selain sebagai bahan dasar pembuatan pupuk, amoniak sering digunakan sebagai campuran dalam pembuatan bahan peledak TNT (Trinitrotoluena). Sehingga, amonium nitrat yang berasal dari amoniak ini memiliki kecendrungan yang sama dengan TNT yaitu mudah meledak pada suhu tertentu (Haris,2018: 129-130).

Jika kita melihat kasus ini dari segi tempat penyimpanan, pupuk amonium nitrat berada di dalam gudang yang tertutup. Secara pasti kita dapat mengetahui bahwa gudang penyimpanan pupuk ini sudah jauh dari kata ‘aman’. Amonium nitrat sangatlah membantu dalam menyuburkan tanaman karena bersifat dingin. Akan tetapi, pada kenyataannya apabila disimpan pada suhu yang sangat tinggi, bukan tidak mungkin jika api berasal dari timbunan pupuk tersebut. Mengutip wawancara media TV One dengan pakar kimia ITB, Ganda M Simangunson mengatakan bahwa bahan kimia bisa menjadi bahan peledak jika bereaksi dengan cepat dan membentuk gas. Pernyataan ini seharusnya menjadi alasan dirancang dan ditaatinya prosedur dari proses produksi hingga penyimpanan amonium nitrat oleh pekerja dari industri kimia dimanapun.  

Selain itu, pemicu ledakan bukan saja dilihat dari senyawanya, melainkan faktor amonium nitrat terbakar menjadi kunci utama proses ledakan terjadi. Amonium nitrat yang sangat peka terhadap suhu pun sangat rentan terhadap gesekan. Pasalnya, lokasi dibangunnya gedung penyimpanan pupuk ini berada dekat dengan pantai. 

Pantai adalah lokasi yang paling rentan terhadap erosi. Dalam Jurnal Ilmiah Geomatika, dampak lanjutan yang ditimbulkan dari genangan rob adalah meningkatnya laju erosi, perubahan kondisi ekosistem pantai, mundurnya garis pantai, meningkatnya kerusakan bangunan di dekat pantai dan terganggunya aktivitas penduduk di daerah pemukiman, pertambakan dan perindustrian (Safitri, 2019 :38). Kerusakan bangunan ini, tentu disebabkan getaran yang diciptakan oleh gelombang laut, sehingga tidak menutup kemungkinan amonium nitrat berusia enam tahun tersebut akan menciptakan percikan api diantara timbunan pupuk pertanian ini.

Dampak Berkepanjangan Tragedi Lebanon
Tragedi ledakan di Beirut menjadikan pupuk ini masuk dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun(B3), hasil ledakan tentunya bukan saja berdampak pada kerusakan kota melainkan dampak kesehatan yang dialami oleh warga Lebanon. Pasien luka-luka yang kini dirawat di rumah sakit bisa jadi mengalami sesak nafas akibat ledakan ini. Pasalnya, hasil ledakan yang berupa gas nitrat dapat menjadi pemicu penyakit ini. 

Mengutip Jurnal Kesehatan Lingkungan, kadar nitrat di udara jika berada di atas Indeks Standar 
Pencemaran Udara (ISPU), bernilai 100 akan mengakibatkan dampak negatif yaitu terjadinya hujan asam, menyebabkan kesulitan bernafas bagi penderita asma, menyebabkan batuk untuk anak-anak dan orang tua, menurunkan visibilitas dan gangguan pernafasan, serta dapat menyebabkan kematian (Darmawan, 2018:117).

Oleh karena itu, tragedi ledakan di Beirut, Lebanon merupakan bencana dikala pandemik COVID-19, sebab rumah sakit akan bekerja ekstra. Pasien yang datang ke rumah sakit bukan saja pasien positif COVID-19, melainkan pasien dengan riwayat luka-luka akibat puing reruntuhan dan sesak nafas yang tidak diketahui apakah ini gejala akibat terhirupnya gas nitrat atau merupakan pasien positif COVID-19. Penulis hanya bisa berharap pemerintah Lebanon segera menemukan jalan keluar dari tragedi ledakan ini, sehingga kasus positif COVID-19 pun tidak bertambah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar